Menurut mereka, parit itu merupakan batas wilayah antara area pondok dengan kuburan Dempul. Santri tak boleh melintasi parit itu jika tak ingin celaka.
Dari area ladang yang dikerjakan santri terlihat jelas kondisi kuburan Dempul. Beberapa batu nisan terlihat berdiri secara sporadis. Batu-batu itu berdiri di sela rerumputan dan tanaman pisang yang tumbuh liar di sana. Tak ada penanda apapun di batu nisan tersebut selain penampakan batu semen yang mulai pudar.
Penasaran dengan kondisi makam, Bacaini.id melompati parit yang tak boleh dilintasi santri. Makin dekat suasana mistis makin terasa. Keberadaan batu nisan makin rapat saat mendekati pohon besar yang sangat lebat. Akar dan rantingnya menjalar hingga memenuhi area sekitar.
Terbayang jelas bagaimana ngerinya suasana di sini pada malam hari. Apalagi angin yang berhembus dari area ladang cukup kencang hingga membuat bulu kuduk berdiri.
Keberadaan batu-batu nisan yang tidak tertata rapi menunjukkan betapa “ala kadarnya” proses pemakaman mayat di sana. Bahkan istilah kuburan Dempul sering diartikan sebagai dengkul atau lutut, dimana kedalaman kuburan yang digali hanya setinggi lutut.
Batu nisan itu juga tak lengkap. Ada kuburan yang memiliki dua nisan, namun banyak yang cuma satu. Nisan itu seperti penanda saja jika di bawah tanah itu terdapat jasad yang dikubur. Jasad orang-orang yang tidak memiliki keluarga.
Penulis: Hari Tri Wasono
Comments 1