Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Diantara sejumlah kuliner legendaris di Tulungagung, Ronde Petruk menjadi salah satu yang masih eksis hingga sekarang. Warung ronde yang sudah ada lebih dari setengah abad itu bahkan digemari para pejabat.
Berada di Jalan Wage Rudolf Supratman, Kelurahan Kutoanyar, Kecamatan/Kabupaten Tulungagung tepat di sebelah timur Jembatan Sembung, Warung Ronde Petruk buka di deretan bangunan lawas.
Warung ronde legendaris milik Sutris, warga Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung itu buka mulai pukul 17.00 sampai 21.00 WIB. Pelanggan terus datang silih berganti, tak jarang sebelum jam tutup dagangannya dari mereka kehabisan hanya karena telat sedikit saja.
Sutris bercerita bahwa warung ronde tersebut didirikan oleh Suraji, bapak mertuanya sejak tahun 1955 silam. Petruk sendiri merupakan nama panggilan mendiang Suraji yang awalnya berjualan di depan Barata.
“Semasa dikelola oleh mertua, pelanggannya sudah banyak. Awalnya di depan Barata terus pindah ke sini sampai sekarang,” kata Sutris di warungnya, Senin, 28 Agustus 2023.
Sepeninggal Pak Petruk, warung ronde diwariskan kepada anak-anaknya. Namun seiring berjalannya waktu, bisnis keluarga itu tidak berjalan lancar. Sampai pada tahun 1988, Sutris diminta mengambil alih usaha kuliner jadul itu.
“Awal-awal saya jualan malam hari, soalnya pagi masih kerja di bengkel vulkanisir,” ujar pria yang kini berusia 63 tahun itu.
Tanpa disangka, Pak Petruk tidak hanya mewariskan warung, melainkan juga para pelanggannya. Bahkan saat itu, dia bisa menjual 200 porsi ronde hanya dalam waktu satu malam saja.
“Kalau sekarang sudah tidak seramai dulu. Paling semalam habis sekitar 50 sampai 60 porsi lah,” imbuhnya.
Meski tak seramai dulu, ada satu momen yang selalu dikenang Sutris selama berjualan ronde. Menantu Pak Petruk itu pernah mendapat penghargaan bidang kuliner tradisional dari Gubernur Jawa Timur, Sularso periode 1988-1993 saat berkunjung ke Tulungagung.
“Ceritanya ada acara di Agro Wilis Tulungagung yang juga dihadiri Gubernur Jatim Sularso serta Bupati Tulungagung Jaifudin Said. Di acara itu mereka menyicipi ronde saya, dan ternyata mereka sangat menyukainya,” kenang Sutris.
Berawal dari itu, setiap kali Pemkab Tulungagung mengadakan acara, Ronde Petruk selalu menjadi andalannya. Bahkan hingga kepemimpinan Bupati Maryoto Birowo saat ini, Ronde Petruk masih tidak tergantikan.
“Saya tidak menyangka kalau usaha ini bisa membawa saya seperti ini. Tentu rasa syukur tak henti-henti saya panjatkan,” jelasnya.
Ronde Petruk ini sudah berjalan 35 tahun di tangan Sutris yang sekaligus menjadi satu-satunya sumber penghidupan keluarganya. Hanya melalui minuman tradisional berisi wedeng jahe, jeli, kacang dan roti berbentuk pentol yang memiliki rasa manis, dia mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke pendidikan tinggi.
“Pada 2014 saya juga bisa berankat ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah haji melalui hasil warung ronde serta izin Allah,” ungkapnya.
Padahal satu porsi ronde yang dijualanya hanya Rp 6.000. Namun, karena konsistensi dan menerima masukan dari berbagai kalangan dia bisa bertahan ditengah banyaknya warung ronde di Tulungagung.
“Saya berencana juga akan mewariskan usaha ronde ini kepada anak cucu saya,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira