Bacaini.ID, BLITAR – Manajemen Arema FC harus merogoh kocek Rp 250 juta untuk setiap menggelar pertandingan di Stadion Soeprijadi Kota Blitar Jawa Timur.
Stadion Soeprijadi Kota Blitar diketahui masih dipinjam pakai klub sepak bola Arema menyusul belum sempurnanya renovasi Stadion Kanjuruhan Malang.
Manajemen Arema FC menegaskan tidak ada praktik suap menyuap yang melibatkan oknum pejabat pemerintahan Kota Blitar seperti kabar yang beredar belum lama ini.
“Kami nyuapin diri sendiri saja berat. Apalagi mau nyuapin orang lain, kami bersikap realistis aja. Semoga kali ini masyarakat teredukasi,” kata General Manager Arema, Yusrinal Fitriandi dalam keterangan rilis Minggu (16/2/2025).
Sebelumnya berhembus kabar, setiap kali bertanding di Stadion Soeprijadi Kota Blitar, manajemen Arema FC harus merogoh kocek tambahan sekitar Rp 100 juta.
Dana di luar kepanpelan yang dicurigai untuk pelicin atau suap agar pertandingan berjalan lancar itu disebut-sebut diduga mengalir ke kantong pribadi oknum pejabat pemerintahan Kota Blitar.
Yusrinal menegaskan semua dana yang dikeluarkan dalam gelar pertandingan murni untuk kepanpelan. Tidak ada dana yang masuk ke kantong pribadi pejabat pemerintahan atau kepolisian setempat (Kota Blitar).
Bahkan dana kepanpelan yang rata-rata Rp 250 juta itu bisa lebih besar ketika berlangsung big match atau pertandingan besar.
“Jadi, mau menggelar pertandingan di Blitar atau kota lainnya, kebutuhan dananya memang besar. Tidak ada hubungannya dengan yang diberitakan beberapa media terkait suap dan lainnya,” jelasnya.
Sementara laga kandang Arema FC di Kota Blitar pada sisa Februari ini akan digelar tanpa penonton, yakni saat menjamu PSS Sleman (17/2/2025) dan PSIS Semarang (24/2/2025).
Langkah yang diambil demi efisiensi lantaran rata-rata tiket yang terjual diketahui belum mampu menutup biaya penyelenggaraan pertandingan.
Ada penghematan sekitar Rp 100 juta. Manajemen Arema menegaskan jika dana tersebut bisa dihemat jika pertandingan terlaksana tanpa penonton. Banyak pengeluaran yang bisa diminimalisir.
“Penghematan sejumlah dana itu berasal dari berbagai unsur kepanpelan. Tidak hanya satu unsur saja,” terang Yusrinal Fitriandi.
Secara detail dia menjelaskan jika biaya akan berkurang, sebab semakin besar penonton yang datang, kebutuhan petugas keamaan untuk berjaga akan semakin banyak.
Jika tanpa penonton otomatis ada pengurangan personil yang bertugas.
Sama halnya dengan personil keamaan di dalam stadion, yakni match steward serta ground handling yang terkait perlengkapan hingga pengurangan personil kepanpelan.
Begitu juga dari sisi tiketing juga tidak membutuhkan dana besar. Jika pertandingan tanpa penonton, panpel tidak perlu membuka banyak pintu masuk.
Dengan demikian juga tidak diperlukan barikade di setiap pintu masuk. Yang diperlukan hanya perlengkapan di satu pintu masuk saja.
Artinya, banyak hal yang bisa diminimalisir dalam penyelenggaraan pertandingan.
“Biaya penyelenggaraan pertandingan dengan adanya penonton itu besar. Biaya sewa Stadion Soepriadi memang terjangkau. Namun kami sewa dalam keadaan kosong,” ungkap Yusrinal.
“Jadi butuh unsur-unsur terkait penyediaan perlengkapan sesuai standart regulasi penyelenggaraan pertandingan Liga 1. Dan itu semua sewa ke vendor, “tambahnya.
Yusrinal juga mengatakan, jika nanti Arema FC kembali menggelar pertandingan dengan penonton, ia berharap Aremania bisa memberi dukungan langsung.
Sebab penjualan tiket di setiap pertandingan sangat membantu mengurangi beban klub bola.
Penulis: Solichan Arif