Dunia kuliner tanah air sedang berduka. Seseorang yang telah berjasa menciptakan jenis makanan yang disukai setengah masyarakat dunia meninggal dunia.
Dia adalah Nunuk Nuraini. Perempuan yang menemukan racikan bumbu mie instan Indomie.
Nunuk bukan seorang chef, apalagi ahli kulliner (culinary expert). Dia juga tak pernah mengenyam pendidikan khusus meracik bumbu makanan. Ijazah terakhirnya adalah Teknologi Pangan yang merupakan pengembangan dari Ilmu Pertanian di Universitas Padjajaran.
Eksperimen Nunuk Nuraini dimulai saat dirinya bekerja di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, perusahaan yang memproduksi mie instan merek Indomie 30 tahun lalu. Salah satu tugasnya sebagai Flavor Development Manager Indofood adalah menemukan racikan bumbu yang pas untuk Indomie.
Secara keilmuan, teknologi pangan yang dipelajari Nunuk di kampus adalah mempelajari segala proses pengolahan bahan pangan menjadi makanan yang bisa dikonsumsi. Proses ini meliputi sortasi, pengawetan, pengemasan, distribusi, dengan menjaga dan memastikan hasil akhir aman untuk dikonsumsi dan tetap bergizi.
Entah apa yang dipikirkan Nunuk saat berada di laboratorium pangan PT Indofood hingga akhirnya menemukan racikan bumbu serbuk mie instan yang gurih. Komposisi bahan yang dicampurkan pas untuk menghasilkan varian goreng dan kuah.
Belakangan, Nunuk merekrut jenis kuliner lain yang sedang digandrungi masyarakat. Menyulap menu soto, rendang, kari ayam, hingga sambal matah ke dalam bentuk mie instan. Meski tak sama persis, setidaknya bumbu yang diracik Nunuk telah mewakili cita rasa menu tradisional tersebut.
Tak hanya disukai masyarakat Indonesia. Racikan bumbu Indomie juga menembus pasar dunia. Menurut laporan Indofood, produki Indomie telah dipasarkan di 80 negara seluruh dunia seperti Australia, Selandia Baru, AS, Kanada, di seluruh Asia, Afrika, Eropa, dan negara-negara Timur Tengah.
Menggerakkan Ekonomi Rakyat
Meski dikemas dan dijual sebagai makanan cepat saji, di mana setiap orang dengan mudah memasak makanan ini, namun tak sedikit warung hingga restoran yang menjual menu Indomie. Padahal secara teknis memasak Indomie hanya dua langkah, yakni merebus dan mengaduk bumbu. Selesai.
Namun faktanya menu Indomie justru menjadi menu wajib setiap warung tradisional. Dengan cara yang sama, para pedagang kecil menjual Indomie dengan tambahan telor dan sayur. Menu ini jauh lebih praktis dan murah dibanding memasak soto atau rawon yang butuh modal besar.
Bagi konsumen, membeli Indomie di warung adalah pilihan paling aman. Racikan bumbu yang sudah ditakar Nunuk di setiap kemasan mie instan menjadi jaminan standar rasa Indomie. Sehingga siapapun yang memasak, rasanya akan sama. Enak dan gurih.
Dikutip dari merdeka.com, produk Indomie Goreng pertama kali diluncurkan pada tahun 1982. Varian mie instan ini sangat digemari masyarakat, sebagai inovasi mie instan yang sebelumnya berbentuk kuah. Pada varian ini, Indomie mengganti bubuk cabai dengan saus pedas dan menambah bawang goreng sebagai pelengkap.
Indomie pertama kali diproduksi oleh PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd, tahun 1972. Dua rasa pertama yang dikenalkan adalah Rasa Sari Ayam dan Rasa Sari Udang. Tahun 1982, Indomie Rasa Kari Ayam diluncurkan dan langsung diterima pasar.
Seiring kemunculan produk mie instan lainnya, Indomie masih merajai kuliner ini. Gencarnya kampanye kesehatan yang menolak fast food tak menyurutkan minat masyarakat untuk mengunyah Indomie.
Kepergian Nunuk Nuraini tak hanya menjadi duka PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Nunuk telah menjadi pahlawan pemilik warung, anak kos, hingga anak kolong yang hanya mampu membeli mie instan.
Penulis: HTW