Bacaini.ID, KEDIRI – Kunci pernikahan yang langgeng ternyata sederhana: para suami belajarlah menerima pengaruh dari istri.
Kunci pernikahan yang awet ini merupakan hasil studi penelitian yang cukup panjang.
Selama ini kunci pernikahan agar langgeng lebih banyak berisi teori psikologi yang rumit. Entah ‘mendengarkan secara aktif’ atau ‘validasi emosi’.
Namun, penelitian lain menunjukkan hal sebaliknya, tak perlu pusing dengan teori psikologi.
Jika ingin langgeng dalam pernikahan, suami cukup mendengar dan melakukan saran istri mereka. Belajar menerima pengaruh istri, adalah kunci sukses pernikahan.
Psikolog John Gottman dari Universitas Washington mengungkapkan, konsep mendengarkan aktif, di mana seseorang memparafrasekan ucapan pasangannya, sering kali sulit dipraktikkan dalam situasi konflik emosional.
Menurutnya, metode ini seperti meminta seseorang melakukan ‘latihan emosional’ di saat paling tegang.
Gottman dan timnya mempelajari 130 pasangan pengantin baru selama enam tahun untuk menemukan pola yang menentukan keberhasilan atau kegagalan pernikahan.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Marriage and Family ini menunjukkan bahwa pasangan yang menggunakan teknik mendengarkan aktif tidak lebih berhasil mempertahankan pernikahan, ketimbang pasangan yang tidak menggunakannya.
Sebaliknya, mereka menemukan satu faktor yang konsisten pada pernikahan yang bahagia: suami yang mau menerima masukan dan pengaruh dari istrinya.
Dalam studi tersebut ditemukan, pria yang bersedia mendengarkan dan mengalah pada istri cenderung memiliki pernikahan yang stabil dan bahagia.
Dan pria yang merespons keluhan istri dengan sikap defensif, meremehkan, atau bahkan agresif, cenderung menghadapi kegagalan.
Peran Penting Istri
Meskipun penelitian ini menyoroti peran suami, para istri juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga keharmonisan.
Istri yang menyampaikan keluhan dengan cara lembut, menenangkan, bahkan humoris, lebih mungkin memiliki hubungan yang sehat.
Sebaliknya, kritik yang disampaikan dengan nada keras justru memperburuk konflik, terutama dalam pernikahan yang sudah rapuh.
Menurut Gottman, solusi jangka panjang untuk memperbaiki pernikahan bukan hanya mengurangi pertengkaran, tetapi juga meningkatkan kualitas persahabatan antara suami dan istri.
Pria perlu lebih terbuka menerima sudut pandang pasangannya, sementara wanita disarankan untuk memulai diskusi dengan cara yang lebih lembut.
Dikutip dari Los Angeles Times, psikolog Howard Markman dari Universitas Denver menambahkan, setiap pasangan harus memiliki gaya komunikasi yang disepakati bersama, agar diskusi tidak berubah menjadi pertengkaran.
Ia juga menekankan bahwa teknik seperti mendengarkan aktif tetap berguna, terutama untuk menghentikan pola komunikasi negatif yang memicu perceraian.
Pada akhirnya, inti dari pernikahan yang langgeng adalah saling menghargai. Ketika suami mau menerima pengaruh istri, dan istri menyampaikan keluhan dengan cara yang tepat, peluang untuk mempertahankan pernikahan akan jauh lebih besar.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif