Bacaini.id, JOMBANG – Meskipun jadul, kue sagon ternyata masih banyak peminatnya. Momen Ramadan dan hari raya Idul Fitri dianggap menjadi waktu yang tepat untuk bernostalgia dengan jajanan kuno ini.
Salah satu produsen kue sagon yang masih eksis hingga saat ini adalah Yuli Sandra Dewi. Selama Ramadan, rumah produksi kue sagon dengan brand Sagon Ma’e miliknya yang berada di Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Jombang ini kebanjiran order.
“Jajanan ini hanya ada saat lebaran. Kita juga hanya membuat kue sagon saat menjelang lebaran, jadi semacam bisnis dadakan setiap bulan Ramadan,” kata perempuan yang akrab disapa Sandra kepada Bacaini.id, Sabtu, 22 April 2022.
Sandra mengatakan, semakin mendekati lebaran, pembuatan kue sagon semakin dipercepat. Sebab, pesanan kue tradisional ini terus bertambah hingga mencapai ratusan kilogram dan harus dipenuhi sebelum lebaran tiba.
Padahal, usaha rumahan yang mengandalkan tenaga keluarga besar dan sebagian tetangganya ini hanya mampu memproduksi kue sagon sebanyak 30 kilogram setiap harinya. Praktis, dalam beberapa hari terakhir ini, mereka nyaris tidak pernah istirahat demi memenuhi pesanan pelanggan.
Menurut Sandra, usaha kue sagon yang digelutinya merupakan usaha turun temurun dari keluarga yang masih terus dipertahankan. Setiap pertengahan bulan Ramadan, Sandra dan keluarganya mulai membuka pesanan, baik melalui mulut ke mulut dan juga melalui media sosial.
“Ternyata banyak sekali yang pesan,” imbuhnya.
Perempuan berusia 35 tahun ini menjelaskan cara membuat kue sagon yang menggunakan bahan utama kelapa, ketan, gula dan mentega. Kelapa yang telah diparut kemudian disangrai. Setelah masak, selanjutnya dicampur dengan adonan tepung ketan, gula dan mentega.
Bahan-bahan tersebut kemudian diaduk sampai benar-benar menyatu. Setelah tercampur secara merata, adonan dicetak dengan cetakan bentuk oval kemudian ditaruh di loyang dan dimasukkan ke dalam oven.
“Semua proses itu kita lakukan secara manual. Butuh waktu sekitar 15 menit sampai adonan berwarna kuning kecoklatan. Artinya kue sagon sudah matang dengan sempurna dan siap dikemas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sandra selalu bersyukur karena setiap tahun menjelang lebaran pesanan kue sagon menjadi berkah tersendiri bagi keluarga besarnya, termasuk tetangga yang ikut membantu selama proses produksi.
Melalui usaha ini, keuntungan yang didapatkan memang cukup besar. Pelanggan pun tidak hanya datang dari sejumlah daerah di Jawa Timur. Ramadan tahun ini, Sandra juga mengirim kue sagon untuk pelanggan yang berdomisili di Jakarta.
“Kue sagon ini kita jual dengan harga Rp 65 ribu per kilogram. Dijamin rasanya masih asli dan khas, karena kita menggunakan resep turun menurun dari keluarga,” ujarnya berpromosi.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira