Bacaini.ID, KEDIRI – Krisis fatherless atau ketiadaan figur ayah di Indonesia direspon pemerintah dengan menerbitkan Surat Edaran No 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
SE diterbitkan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga/BKKBN).
Program ini merupakan bagian dari kampanye Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang bertujuan mengatasi krisis fatherless di Indonesia.
Indonesia menghadapi krisis sosial yang jarang dibahas namun berdampak besar, krisis fatherless atau ketiadaan peran ayah dalam keluarga.
Fenomena ini bukan berarti banyak anak yatim, namun banyak anak dengan ayah yang tidak berperan aktif dalam pengasuhan. Entah karena sibuk, abai, atau meninggalkan keluarga.
Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), lebih dari 23% anak Indonesia hidup tanpa keterlibatan ayah secara emosional.
Angka ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat fatherless cukup tinggi di Asia.
Mengenal fatherless
Fatherless merupakan kondisi anak tumbuh tanpa kehadiran atau peran aktif dari ayah, baik secara fisik, emosional, maupun psikologis.
Ini bisa terjadi karena perceraian, perpisahan, kematian, atau karena ayah yang memang memilih untuk tidak terlibat.
Menurut studi dari The National Fatherhood Initiative (NFI), anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah berisiko lebih tinggi mengalami masalah psikologis, akademis, dan sosial ketimbang diasuh orang tua yang aktif.
Dampak Fatherless Bagi Anak Laki-Laki
Bagi anak laki-laki, peran ayah sangat penting untuk membentuk identitas, kontrol emosi, dan pembelajaran tentang tanggung jawab.
Tanpa ayah, anak laki-laki berisiko:
• Kesulitan Mengelola Emosi
Anak laki-laki cenderung menyalurkan emosi secara negatif, seperti marah berlebihan atau agresif, karena kehilangan figur yang menjadi role model pengendalian diri.
• Rentan Terlibat Kenakalan Remaja
Data dari Journal of Research on Adolescence menyebutkan, anak laki-laki tanpa ayah memiliki risiko 2,5 kali lebih besar terlibat dalam perilaku kriminal dan kenakalan remaja.
• Krisis Identitas Maskulinitas
Anak laki-laki butuh figur ayah untuk belajar tentang bagaimana menjadi pria dewasa.
Tanpa ayah mereka bisa mengalami kebingungan tentang peran gender atau bahkan meniru perilaku maskulin yang salah.
Dampak Fatherless Bagi Anak Perempuan
Bagi anak perempuan, ketiadaan ayah bisa berdampak pada kepercayaan diri dan hubungan interpersonal.
Dampak spesifiknya antara lain:
• Rendahnya Self-Esteem dan Body Image
Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan anak perempuan tanpa ayah berisiko mengalami krisis kepercayaan diri dan gangguan citra tubuh.
• Rentan Masalah Hubungan dengan Lawan Jenis
Anak perempuan fatherless cenderung mencari figur ayah yang hilang lewat hubungan dengan pria lain, yang kadang berujung pada hubungan toxic atau pergaulan bebas.
• Depresi dan Kesehatan Mental
Menurut studi dari Child Development Journal (2020), anak perempuan tanpa peran ayah aktif memiliki risiko 50% lebih tinggi mengalami depresi saat remaja.
Krisis Fatherless di Indonesia
Beberapa faktor yang memperparah krisis fatherless di Indonesia antara lain:
• Tingkat perceraian tinggi
Data tahun 2024, terdapat 399.921 kasus perceraian di Indonesia, menurut laporan BPS dan Kementerian Agama.
• Ayah sibuk bekerja
Banyak ayah yang terlalu fokus mencari nafkah sehingga minim waktu untuk keluarga.
• Kurangnya literasi pengasuhan ayah
Masih ada budaya patriarki yang menganggap pengasuhan anak adalah urusan ibu.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif