Kontrak politik yang diteken Deny Widyanarko dengan masyarakat Kabupaten Kediri pada pilkada 2024 tidak pernah ditarik. Meski gagal menjadi bupati, Deny tetap mewujudkan komitmennya membangun Kediri dengan kekuatan sendiri.
Bacaini.ID, KEDIRI – Ditemui di rumah pribadinya di Desa Brenggolo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, bos rokok merek Tajimas ini terlihat riang dan ramah. Tak ada gurat kekecewaan usai kontestasi bupati yang dimenangkan petahana Hanindhito Himawan Pramana.
“Monggo Mas, dari mana ini tadi. Pinarak (duduk) di sini saja ya, menghirup udara bebas,” katanya dengan rambut gondrongnya yang terikat rapi. Selama pencalonan kemarin, Deny lebih sering mengenakan blangkon.
Tempat yang dipilih Deny untuk menerima redaksi Bacaini.ID cukup nyaman. Tempat ini berada di area belakang rumah berdesain klasik dengan kubah di bangunan utama.
Menurut Deny, luas tanah yang ditempatinya ini kurang lebih satu hektar. Terdiri dari halaman depan, bangunan utama, dan area belakang yang terdapat kolam ikan, gazebo, kandang kambing Boer yang didatangkan dari Australia, kandang ayam, kandang kelinci, tanaman hidroponik, ikan lele, dan maggot.
Uniknya, seluruh kondimen di lahan itu saling tertaut satu sama lain menjadi rantai kehidupan.
Kandang ayam petelur yang didesain tingkat dan nyaris tak berbau ini memiliki konstruksi khusus. Tak hanya memudahkan ayam untuk makan dan minum, setiap telur yang dihasilkan akan meluncur ke tempat yang mudah dijangkau.
Alih-alih dibuang, kotoran ayam yang ada ditampung menjadi makanan maggot, yakni larva dari lalat hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Maggot inilah yang menjadi makanan ikan lele yang dibudidaya di dalam tong plastik.
Tong-tong tersebut diletakkan di antara tanaman holtikultura, dengan siklus air yang beputar mengairi wadah tanaman. “Semuanya saling memanfaatkan dan tidak ada yang terbuang,” terang Deny.

Di sudut lain yang berjarak 10 meter dari kandang ayam terdapat kandang kambing Boer. Seperti halnya kandang ayam, kandang kambing ini terlihat bersih dan tidak berbau.
Puluhan kambing berbagai usia itu juga sehat dan energik. Mereka bisa bebas bergerak keluar kandang di area yang tertutup pagar besi.
Menurut Deny, kambing-kambing ini ia datangkan dari Australia dengan harga yang tidak murah. Satu ekor kambing harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Kambing jenis ini memiliki beberapa keunggulan dibanding kambing lokal. Selain lebih tahan penyakit, ukuran badannya yang besar (ada yang seukuran anak sapi) memiliki kandungan daging yang besar.
“Saya sedang mencoba memberikan kambing jantan Boer ke kelompok peternak kambing di Kediri, agar bisa dikawinkan dengan kambing betina lokal. Ini akan menghasilkan keturunan yang lebih baik dan menguntungkan peternak,” kata Deny.

Di luar itu, Deny tengah mempersiapkan uji coba budidaya tanaman anggrek yang menjadi tanaman khas kawasan Gunung Kelud. Ia berharap bisa menciptakan beragam spesies Anggrek yang akan menjadi ikon tanaman hias Kabupaten Kediri.
Saat ini laboratorium tersebut tengah dalam proses pembangunan di area belakang kandang kambing dan ayam. Selain budidaya anggrek, laboratorium ini juga akan menciptakan varietas benih tanaman lain yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga kualitas produksi petani bisa ditingkatkan mulai dari hulu.
“Tujuh puluh persen masyarakat kita itu bertani, ini daerah agraris. Sektor ketahanan pangan harus kita kuatkan,” katanya.
Selain anggrek di kawasan Kelud, Deny juga melihat potensi mangga Podang di kawasan Gunung Wilis yang besar. Selama ini masyarakat hanya mengandalkan penghasilan dari berjualan buah mangga. Jika kondisi mangga sudah tidak begitu bagus, harganya diobral sangat murah.
Dengan pendekatan teknologi pengolahan hasil pangan, buah mangga yang sudah tidak bisa dijual akan diolah menjadi bahan makanan lain seperti selai dan lainnya.
“Kita ini lemah di riset. Hal penting yang tidak dilakukan Dinas Pertanian. Bisa jadi keberpihakan anggaran pemerintah tidak kesana,” katanya.
Karena itu Deny berusaha melakukan riset yang dibiayai sendiri untuk memperbaiki kehidupan petani di Kediri. Menurutnya, kekuatan ekonomi masyarakat akan bisa digerakkan dengan memperkuat sektor ketahanan pangan terlebih dulu.
Jika kualitas hulu sudah diperbaiki, pemerintah tinggal mengembangkan sektor hilir dengan menghubungkan kepada pengusaha dan pasar.
Menurutnya, hal itu tidak mustahil dilakukan. Mengacu pada negara lain seperti Thailand, Cina, dan Jepang yang sukses menerapkan pertanian modern, hal yang sama harusnya bisa dilakukan di Kabupaten Kediri yang merupakan kawasan agraris.
Ia membayangkan kelak laboratoriumnya akan diisi para sarjana putra daerah yang menciptakan beragam inovasi di bidang pertanian.
Apakah ini akan menjadi modal sosial untuk mencalonkan diri kembali di pilkada berikutnya?
Dengan tegas Deny membantah. “Saya bertanggungjawab atas empat puluh sekian persen warga Kediri yang mendukung saya di pilkada kemarin. Kehidupan mereka harus tetap lebih baik meski saya tidak jadi bupati,” tukasnya.
Kini hari-hari Deny Widyanarko terlihat lebih santai dan energik. Di luar kegiatannya mengurus pabrik rokok, Deny banyak menghabiskan waktu bersama petani dan mengutak-atik kebun.
Penulis: Hari Tri Wasono