NGANJUK – Menyukai publik figur kadang membuat seseorang bertindak gila. Seperti yang dilakukan Sri Subekti, perempuan asal Desa Lambang Kuning, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk, yang mengidolakan pedangdut Rhoma Irama.
Perempuan yang kini berusia 60 tahun tersebut mengaku rela menjadi asisten rumah tangga (ART) di rumah artis pujaannya. Padahal Sri bukan lahir dari keluarga tak mampu. Hal itu dilakukan semata demi bertemu dengan raja dangdut, Rhoma Irama. “Saya suka lagu beliau sejak SD. Pas waktu itu SMP saya nekat ke Jakarta, dan sempat jadi ART-nya,” jelas Sri kepada Bacaini.id, Senin (19/10/2020).
Cerita tersebut diawali pada tahun 1978, kala itu dirinya masih duduk di bangku Sekolah Tingkat Pertama (SMP). Sri bersama Jamila, kawannya satu kampung memutuskan minggat ke Jakarta. Di sana ia melamar sebagai ART di rumah Rhoma Irama.
Dengan bermodal Rp 6.000 hasil menjual liontin kalung pemberian bapaknya, ia nekat mendatangi ibu kota dengan menggunakan kereta api. “Hasil penjualannya saya buat makan selama di sana,” tuturnya.
Sesampainya di ibu kota, bermodal buku lagu yang disimpan di tas, Sri menuju kediaman raja dangdut Rhoma Irama. Di sana ia disambut oleh beberapa asisten yang sedang berjaga di depan rumah. Sri mengaku langsung diterima bekerja oleh istri pertama Rhoma yakni Veronica. Namun tidak untuk temannya Jamilah.
“Saya masih ingat yang menyambut saya Om Popong dari Jombang dan Om Yayat, keduanya sekretaris Bang Haji Oma,” katanya.
Selama bekerja sebagai asisten rumah tangga, ia mencatat semua aktivitas Rhoma. Bahkan Sri masih hafal betul apa yang dilakukan raja dangdut itu setiap hari. Seperti kapan waktunya makan, pakaian favorit, serta kegiatan rumah lainnya. “Waktu malam pukul delapan biasanya Bang Haji Oma melakukan aktivitas latihan karate berdua dengan asistennya. Setelah itu ia berada di ruang belakang memegang gitar dan mengarang lagu,” ungkapnya.
Sayang keberadaan Sri di rumah itu tidak lama, hanya dua pekan saja. Sisanya ia habiskan untuk membantu di rumah Haji Kunjen, teman Rhoma Irama.
Kepindahan Sri ke rumah Haji Kunjen bukan tanpa alasan. Dia pergi lantaran sang idola mengikuti show di Hongkong. Saat itu juga Sri minta kepada Yayat untuk dpindahkan bekerja ke rumah Haji Kunjen.
Tak lama berselang, Sri dipaksa pulang kembali ke Nganjuk. Rupanya keluarganya di kampung menyiarkan berita kehilangan anak dan menyebutkan ciri-cirinya. Iklan di radio itu pun didengar oleh Haji Kunjen yang memaksanya pulang ke rumah. “Empat hari saya tutupi akhirnya ketahuan juga, saya dipulangkan ke rumah setelah dijemput bapak saya,” tuturnya.
Semua itu diabadikan Sri dalam sebuah buku diary khusus. Sayangnya tulisan yang ia garap selama di Jakarta tak jelas ujung rimbanya. “Sudah hilang semua, karena memang orang desa ya, tidak primpen,” ucapnya.
Untuk mengenang masa-masa itu, Sri Subekti menyematkan nama Rhoma Irama kepada lima anaknya. Anak pertama bernama Nika Aprilya Wati, mengambil dari nama istri pertama Rhoma, Veronika. Anak kedua Roma Duwi Juliandi, yang mengambil nama Rhoma Irama.
Anak keempat Rizky Purnaning Sari mengambil nama Debby Veramasari, anak Rhoma Irama. Sedangkan anak bungsu Sri bernama Romi Panca Sugiarta terinspirasi dari anak Rhoma Irama yang lain bernama Romy Syahrial. “Hanya anak ketiga yang tidak ada unsur keluarga Rhoma Irama,” kata Sri.
Kelima anak itu lahir dari perkawinannya dengan Totok Sudarwoko, seorang pemain gitar yang juga menggemari lagu dangdut. Sri sendiri juga dikenal sebagai biduan di kampungnya. Satu-satunya anak yang meneruskan jiwa seninya adalah Roma Duwi Juliandi. Roma piawai bermain gitar seperti bapaknya, di samping profesinya menjadi jurnalis. Belakangan Roma juga menggeluti sinematografi dan memproduksi film berjudul Akhir Titik Balik.
Satu keinginan Sri Subekti sebelum meninggal dunia adalah bertemu kembali dengan pencipta lagu Keramat. “Setiap menyanyikan lagu keramat saya selalu menangis, ingin bertemu dengan Bang Haji Oma, setidaknya sebelum saya meninggal,” tutupnya.
Penulis : KAREBET
Editor : HTW