Bacaini.id, BANGKALAN – Matahari belum menyingsing saat Rohmah menata sayur di atas gerobak. Beragam sayur dan ikan segar disusun rapi untuk menarik pembeli. Usai memastikan semuanya siap, gerobak kayu itu didorong keluar rumah.
Tangan keriputnya begitu kuat mencengkeram pegangan gerobak. Pelan-pelan perempuan berperawakan kurus ini mendorong gerobak melewati jalanan yang tak mulus. Beberapa kali dia harus terguncang saat roda gerobaknya terperosok ke lobang jalan.
“Jukok…jukok, sayur…sayur,” teriak Siti Rohmah saat melewati rumah penduduk di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Kamis, 23 September 2021.
Jukok adalah Bahasa Madura yang berarti ikan. Setiap hari Rohmah berkeliling kampung menjajakan kebutuhan dapur. Dengan gerobak kayunya yang berukuran mini, tak banyak sayuran yang bisa dibawa. Meski begitu, jenis sembako yang dibawa terbilang lengkap. Mulai sayur, ikan, hingga bumbu dapur semua ada.
Menjadi penjual sayur keliling bukan pekerjaan mudah bagi perempuan yang sudah berusia 52 tahun seperti Rohmah. Apalagi jika cuaca sedang tidak bersahabat.
Selama 10 tahun Rohmah menjalani pekerjaan itu setiap hari. Dia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya jatuh sakit dan menderita kebutaan.
Kondisi itu pula yang membuat dua anaknya mengalami putus sekolah. Masing-masing hanya memegang ijazah SMP dan SMA. “Sekarang mereka sudah bekerja semua, merantau jauh,” kata Rohmah kepada Bacaini.id.
Dia menuturkan, sebelum menjadi penjual sayur, Rohmah dan keluarganya hidup berkecukupan. Suaminya juga memiliki banyak usaha seperti bengkel, toko sembako, dan penggilingan padi. Namun entah mengapa lambat laun usaha itu satu per satu gulung tikar. Sebagian besar keuangan mereka tersedot untuk biaya pengobatan suaminya yang buta. Hingga akhirnya seluruh harta benda mereka habis terjual.
Di tengah desakan ekonomi, Rohmah mencari peruntungan dengan menjadi pembantu rumah tangga dan pelayan warung makan. Dia tinggalkan ego sebagai orang yang pernah hidup mapan demi menghidupi anak dan suami.
Setelah berjuang keras menyisihkan sedikit uang, Rohmah memutuskan menjadi penjual sayur. “Awal berjualan sayur tidak punya modal, nekat saja demi keluarga,” katanya.
Rohmah juga sedikit bernafas lega setelah menerima bantuan modal kerja senilai Rp 2,7 juta dari G-25 Indonesia. Bantuan itu dimanfaatkan untuk membeli gerobak.
Ketua G-25 Indonesia Dasuki Rahmad berharap bantuan yang diberikan bisa membantu Rohmah dalam berjualan sayur. Dengan gerobak ini memudahkan Rohmah membawa dagangan keliling kampung.
Penulis: A. Rusdi
Editor: HTW
Tonton video: