Bacaini.id, KEDIRI – Seorang remaja perempuan kerap terlihat berjalan di trotoar sambil menenteng karung. Tangan lainnya menggandeng dua anak kecil yang tak kalah kumal.
Tiga remaja itu bukan anak jalanan. Mereka adalah kakak beradik yang setiap hari mengais tempat sampah di jalanan Kota Kediri; Novi (16 tahun), Sabrina (11 tahun), dan Riski (6 tahun).
Keberadaan kakak beradik ini kerap mengundang iba pengguna jalan. Tak jarang yang memberi uang atau makanan kepada mereka saat berpapasan. Apalagi polah tingkah Riski yang masih kanak-kanak kerap mengundang perhatian saat mengorek sampah.
Ditemui Bacaini.id saat beristirahat di sebuah pos kamling Jalan Joyoboyo, Novi yang mengenakan kemeja batik mengaku berjalan mulai pagi hingga sore untuk memulung. Dia mengajak dua adiknya mengais sampah karena tak ada yang bisa dikerjakan di rumah. “Biar membantu saya memulung untuk kebutuhan rumah,” kata Novi, Jumat 17 April 2021.
Meski berbaju lusuh dan kumal, Novi dan dua adiknya tetap mematuhi ketentuan pemerintah untuk memakai masker. Meski masker kain yang mereka kenakan juga tak kalah kusam.
baca ini Kisah Laela Gadis Disabilitas Penyemangat Sesama
Dari ketiga bocah ini, penampakan Riski paling mengundang iba. Bocah laki-laki ini tak banyak bicara sambil menggenggam erat karung goninya. Ukuran karung itu bahkan lebih besar dari badannya. Entah apa yang telah dia korek dari bak sampah seharian ini. Yang jelas karung itu terlihat kempis dan tak banyak benda di dalamnya.
Kegiatan memulung ini telah dilakukan Novi dan adik-adiknya cukup lama. Selain mereka bertiga, ada satu lagi kakak sulungnya yang berprofesi sama. Namanya Mamat (18 tahun). Namun Mamat kerap berjalan sendiri untuk memperluas area memulung. Sementara Novi bertanggungjawab menjaga adik-adiknya.
Perjalanan memulung yang mereka lakukan setiap hari cukup jauh. Ketiganya bukan warga Kota Kediri, melainkan tinggal di Desa Wates Kabupaten Kediri. Mengorek sampah di wilayah kota, menurut Novi, lebih “menjanjikan” dari pada mengais di desanya.
Ibunya berprofesi penjual sayur keliling. Di rumah masih ada balita yang menjadi adik bungsu Novi. Karena itu Novi hanya mengajak dua adiknya yang dianggap kuat berjalan sambil membawa karung.
baca ini Viral di Medsos Wali Kota Kediri Datangi Warganya Yang Miskin
Sebenarnya Novi tak tega mengajak adiknya berjalan jauh. Apalagi pekerjaan mencari botol dan plastik tak bisa dibilang ringan. Selain berkubang kotoran, tak jarang tangan mungil mereka terkena sayatan benda tajam di dalam bak sampah.
Selain itu, jauhnya jarak dari rumah ke kota memaksa mereka mencari tempat tinggal sementara di kota. Mereka kerap berpindah-pindah tempat yang dianggap aman. Saat ini Novi dan adik-adiknya tinggal di area belakang Pasar Setono Betek. “Jika diusir petugas kami cari tempat lain,” katanya.
Tak banyak hasil mereka mereka dapatkan dari memulung. Botol dan plastik yang dikumpulkan hanya dihargai Rp 35.000 – 60.000 oleh pengepul. Bahkan jika tak ada benda sama sekali yang bisa dijual, ketiganya mengemis di jalan.
Novi memang tak lagi bisa meneruskan pendidikan. Namun dua adiknya masih tercatat sebagai siswa sekolah dasar. Karena tak memiliki telepon genggam untuk belajar daring, dua adiknya ikut memulung.
Hal itulah yang menjadi motivasinya memulung untuk bisa membiayai adik-adiknya sekolah. Mereka tak boleh putus sekolah, seperti dirinya yang harus meninggalkan bangku pendidikan di kelas empat sekolah dasar.
Novi ingin melihat adik perempuannya Sabrina menjadi polisi wanita atau polwan seperti yang dicita-citakan. “Saya ingin jadi polisi, tetapi kan sudah gak bisa. Sabrina juga ingin jadi polisi. Kalau mau jadi polisi dia harus tetap sekolah,” katanya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: