Bacaini.id, KEDIRI – Banyak cerita yang mengisahkan asal usul kue Bulan (moon cake). Salah satu legenda yang terkenal adalah kisah dewi bulan Chang’e dan Hou Yi pada masa kaisar Yao (2000 SM).
Konon, dahulu di bumi terdapat sepuluh matahari yang terik sekali sehingga menyebabkan kekeringan. Hou Yi, seorang pria pemanah handal bersama istrinya Chang’e bertugas untuk menghentikan petaka itu. Dengan anak panahnya, Hou Yi berhasil menjatuhkan sembilan matahari dan hanya menyisakan satu untuk menerangi bumi.
Berkat Keberhasilan Hou Yi, seorang Ratu memberikan imbalan berupa ramuan keabadian yang dapat menghidupkan manusia selamanya. Namun Hou Yi tidak ingin hidup abadi tanpa Chang’e. Ia pun memberikan ramuan tersebut kepada istrinya untuk disimpan.
Mendengar hal itu, seorang penjahat bernama Feng Meng memaksa Chang’e untuk menyerahkan ramuan tersebut. Karena menjaga amanat suami, Chang’e menenggak ramuan keabadian. Ketika tubuh Chang’e terasa ringan, ia pun terbang menuju kayangan.
Chang’e memilih bulan sebagai tempat tinggalnya, sambil berharap bisa hidup bersama suaminya suatu hari nanti. Hou Yi bersedih mengetahui istri yang sangat dicintainya telah pergi menuju kayangan.
Melihat kejadian tersebut, para tetangga turut bersimpati. Sebagai bentuk penghormatan terhadap pengorbanan Chang’e, masyarakat Cina mewujudkannya dengan membuat makan makanan manis seperti kue bulan.
Berawal dari tradisi inilah yang kemudian berkembang menjadi festival mooncake atau kue bulan. Festival ini diadakan setiap hari ke 15, bulan 8 kalender Cina. Hingga kini masyarakat masih percaya selama pertengahan musim gugur saat terjadi bulan purnama penuh, nampak bayangan Chang’e yang dikenal sebagai dewi bulan.
Penulis: Dilawati
Diolah dari berbagai sumber
Tonton video: