Bacaini.ID, KEDIRI – Soal mendapatkan hati perempuan, Soekarno atau Bung Karno nyaris tak pernah gagal, kecuali hati Gusti Nurul, putri keraton Mangkunegaran Surakarta Jawa Tengah.
“Wah, aku kalah cepat dari suamimu,” celetuk Bung Karno seperti diungkapkan Gusti Nurul dalam buku Goesti Noeroel: Straven naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan) terbit tahun 2014.
Lahir 17 September 1921 di Istana Mangkunegaran, Siti Nurul Kamaril Ngarasanti Kusumawardhani atau akrab dipanggil Gusti Nurul merupakan putri Sri Paduka Mangkunegara VII dengan permaisuri Gusti Ratu Timur.
Gusti Nurul tumbuh di lingkungan keraton dengan tradisi dan aturan yang ketat, terutama perihal tata krama dan menari. Ditunjang parasnya yang rupawan, sosoknya ibarat permata kedaton.
Pada usia 15 tahun Gusti Nurul diketahui pernah menari tarian Jawa di depan Ratu Belanda dan orang-orang Eropa, yang itu membuat mereka berdecak kagum.
Life, majalah legendaris yang terbit di Amerika Serikat pada edisi 25 Januari 1937, mengunggah foto Gusti Nurul saat menarikan tarian Jawa dengan kepiawaian yang memikat.
Dikutip dari jurnal Visual Art and Design yang berjudul Women’s Perspective on The Surakarta Kebaya Based On Biography of Gusti Nurul and Utami Suryadana (2018).
Tarian itu diiringi alunan gamelan yang dimainkan dari Pura Mangkunegaran dan dipancarkan melalui Solosche Radio Vereeniging atau sekarang dikenal RRI Solo.
“Yang siarannya bisa ditangkap dengan jernih hingga ke Belanda”.
Meski tumbuh dengan tradisi Jawa yang ketat, Gusti Nurul dikenal memiliki hobi bermain tenis, berkuda, termasuk pernah bermain ski es.
Kesenangan dunia modern yang tidak lazim dilakukan perempuan pada masa itu. Tidak heran Bung Karno pun pernah terpikat.
Soekarno pernah tiba-tiba mengundang Gusti Nurul ke Istana Cipanas, dan itu membuatnya kaget. Undangan itu dipenuhinya, di mana ia datang bersama Gusti Kanjeng Ratu Timur, ibunya.
Di Istana Cipanas itu Basuki Abdullah diminta Bung Karno melukis Gusti Nurul. Lukisan itu kemudian dipajang Soekarno di ruang kerjanya.
“Banyak orang bilang bahwa Bung Karno menaruh hati padaku, tapi aku belum pernah mendengar langsung isi hatinya,” kata Gusti Nurul. Bahkan kabar itu diungkapkan langsung oleh Hartini, istri Bung Karno.
Rasa kasmaran Bung Karno diketahui tidak gayung bersambut. Begitu juga dengan Sutan Sjahrir yang juga gagal menggenggam hati Gusti Nurul.
Demi perempuan yang diincarnya, Sjahrir saat rapat besar di ibukota Yogyakarta terungkap kerap mengirim hadiah khusus ke Pura Mangkunegaran.
Hadiah yang dibeli dari Jakarta itu dikirim oleh Siti Zoebadiah Oesman, loyalis Sjahrir. Namun Gusti Nurul tidak menyambut uluran hati tokoh PSI itu.
Nasib serupa dialami Sultan Hamengkubuwono IX yang juga berniat meminang Gusti Nurul, namun ditolak. Ia beralasan HB IX telah beristri, bahkan memiliki 9 selir.
Gusti Nurul tak ingin cintanya dimadu. Begitu juga dengan cinta Kolonel Djatikusuma, KSAD pertama RI yang terpaksa harus pupus di tengah jalan.
Alasannya sama: Gusti Nurul melihat Djatikusuma sudah beristri. Puteri keraton Mangkunegaran itu memilih melabuhkan hatinya kepada Letnan Kolonel Sujarso Surjosurarso.
Keduanya menikah pada 25 Maret 1954, di mana Bung Karno dispekulasikan telah patah hati, diungkapkan merasa kalah cepat dengan Letkol Sujarso.
Gusti Nurul diketahui wafat pada 10 November 2015 di RS Borromeus Bandung dengan usia 94 tahun.
Putri Mangkunegaran yang telah membuat dua founding father patah hati itu meninggalkan 7 anak, 14 cucu dan 1 cicit. Jenazah Gusti Nurul dimakamkan di Solo.
Penulis: Solichan Arif