Bacaini.id, KEDIRI – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, KH Zainuddin Djazuli sempat berpesan untuk tidak belajar agama secara instan. Hal ini disampaikan almarhum Gus Din menyikapi banyaknya umat Islam yang mempelajari agama melalui internet.
Dikutip dari laman jatim.nu.or.id, Gus Din memberi perhatian khusus kepada umat Islam yang memilih belajar agama secara instan. Alih-alih menimba ilmu kepada kiai atau ulama, mereka justru mempelajari agama Islam dari situs-situs internet.
“Nah, sekarang coba kiai mana yang instan-instan kaya begitu, apa ada? Apa ada kiai mondok cuma seminggu? Kan tidak ada,” tutur Gus Din, Sabtu 5 September 2020.
Gus Din menjelaskan bahwa belajar agama tidak bisa dilakukan dengan cepat, melainkan melalui proses. Seperti halnya para kiai terdahulu yang mempelajari agama Islam bertahun-tahun.
“Abah saya (Kiai Djazuli) dulu pertama mondok di Gondang Legi. Di sana khatam Kitab Ajjurrumiyah, terus pindah ke Mojosari, di sana 7 tahun. Terus lanjut ke Makkah selama 3,5 tahun. Waktu di Makkah beliau dikasih kitab Dalailul Khairat oleh Habibullah asy-Syintiqiti, sambil diberi pesan agar nanti kalau mencarinya, carilah di tempat ini.”
Pesan itupun benar-benar dijalankan oleh Kiai Djazuli. Namun ketika dicari justru mendapati kabar bahwa Habibullah asy-Syintiqiti sudah meninggal dunia 200 tahun lalu.
Kiai Djazuli juga menyimpan rapi semua kitab dalail jika hendak menuju Madinah. Bahkan perjalanan dari Makkah menuju Madinah dilakukan Kiai Djazuli dengan berjalan kaki selama satu bulan.
Tak berhenti di situ. Kiai Djazuli juga sempat ditangkap Belanda saat berada di Madinah dan dipulangkan ke Indonesia hanya mengenakan kaos dan celana, serta membawa Kitab Dalail. Setelah itu beliau masih meneruskan mondk di Termas selama 6 bulan.
“Santri sekarang apa ada yang sampai tirakat seperti itu. Dulu jalannya masih padang pasir, tiap kali berhenti istirahat di dalam pasir, hanya kelihatan wajahnya saja di permukaan. Seperti itu riyadhah Abah saya,” tutur Gus Din.
Kerja keras dalam belajar itulah yang membuahkan hasil seperti saat ini.
“Yaa.. bisa dilihat barakahnya, bisa bangun pondok Al Falah seperti ini. Sekarang kalau cari yang instan tidak ada, yang instan namanya martabak dan mie,” tutur Gus Din.
Pesan KH Zainudin Djazuli itu akan terus relevan sebagai pegangan umat Islam di tengah gencarnya informasi digital. Kini Gus Din telah meninggal dunia di usianya ke-78 setelah terpapar Covid 19. Almarhum menghadap Allah SWT hari ini, Sabtu 10 Juli 2021, pukul 14.45 WIB, setelah menjalani perawatan intensif di RSUD dr Iskak Tulungagung.
Gus Din dirawat di rumah sakit ini sejak Selasa, 6 Juli 2021 dalam kondisi yang kurang bagus. Almarhum memiliki penyakit penyerta yakni kencing manis dan stroke. “Saat masuk ke sini kondisi kesehatannya sudah menurun,” kata Mochamad Rifai, juru bicara RSUD dr Iskak.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. (HTW)
Tonton video: