Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Puluhan desa di Tulungagung masuk dalam wilayah desa rawan pangan. Hal ini disebabkan karena puluhan desa tersebut minim sekali hasil pertanian yang mengakibatkan keterbatasan pasokan pangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Tulungagung, Agus Siswantoro mengatakan, setidaknya ada 10 desa yang berada di Kecamatan Pagerwojo dan Sendang yang masuk desa rawan pangan.
“Desa yang masuk rawan pangan di Tulungagung tidak sampai pada taraf paceklik pangan. Masyarakat di sana masih memiliki cadangan pangan, namun jika tidak ditangani secara benar, maka akan terjadi kerawanan pangan yang jauh lebih buruk,” ujar Agus kepada Bacaini.id, Senin, 11 Juli 2022.
Agus menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab 10 desa tersebut sampai mengalami rawan pangan. Diantaranya, faktor pasokan pangan yang kurang, faktor produksi pertanian yang minim dan faktor geografis, di mana wilayah tersebut sulit untuk ditanamai tanaman pertanian.
“Kami memasukan desa rawan pangan dengan acuan ketersediaan beras atau padi. Sedangkan di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi jagung dan ketela untuk makanan pokok mereka,” jelasnya.
Disebutkannya seperti di wilayah Kecamatan Pagrwojo yang kurang baik untuk menanam padi. Akhirnya masyarakat memanfaatkan lahan untuk menanam rumput gajah. Kondisi itu juga diperparah karena masyarakat masih menggunakan sistem pengairan sawah tadah hujan daripada irigasi teknis.
“Karena saat ini siklus hujan tidak bisa diprediksi. Tentu jika tetap menggunakan sistem irigasi tadah hujan, maka besar kemungkinan panen padi hanya akan terjadi satu tahun sekali,” paparnya.
Namun, Agus juga telah menyiapkan pasokan cadangan beras di Tulungagung sebanyak 17, 5 ton. Cadangan ini disiapkan untuk mengatasi kerawanan pangan baik akibat bencana alam ataupun masalah teknis yang terjadi di masyarakat.
“Cadangan pangan ini digunakan apabila terjadi gagal panen dengan jumlah yang cukup banyak, terjadi paceklik pangan berkepanjangan hingga cadangan sebagai persiapan jika terjadi bencana alam,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira