Bacaini.id, KEDIRI – Limbah bonggol bambu yang biasanya hanya digunakan sebagai kayu bakar ternyata bisa menjadi kerajinan bernilai ekonomis. Selain juga bernilai seni, bonggol dan batang bambu bisa diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang bisa digunakan.
Di tangan Agung Prasetyo, warga Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, bonggol bambu disulap menjadi aneka kerajinan yang unik menjadi berbagai karakter binatang. Mulai dari bentuk burung, ikan, katak, ular dan burung dara yang biasa dibentuk menjadi hiasan asbak. Sementara batang bambu dijadikan aneka lampion yang indah.
Agung menjelaskan cara untuk membuat keajinan dari bonggol dan potongan bambu yang biasa dilakukannya dimulai dengan memilih dan memilah bambu untu menyesuaikan bentuknya. Selanjutnya akar serabut bonggol bambu dihilangkan.
Setelah dihaluskan, bonggol bambu dijadikan kerajinan sesuai dengan bentuk aslinya dan dipadukan dengan potongan bambu. Setelah halus, baru kerajinan tersebut dicat dan dipelitur sesuai kebutuhan dan keinginannya.
Pria yang sebelumnya bekerja sebagai petani ini mengaku ide awal membuat aneka kerajinan dari bonggol bambu karena di sekitar rumahnya banyak bonggol dan batang bambu yang dibuang dan menumpuk begitu saja.
“Kebetulan saat itu nganggur, tidak ada pekerjaan karena pandemi. Waktu jalan-jalan saja ke kebun kok banyak bambu itu menumpuk akhirnya muncul ide itu,” kata Agung kepada Bacaini.id, Kamis, 6 Januari 2022.
Secara otodidak, Agung kemudian mencoba membentuk bonggol dan potongan bambu itu menjadi benda-benda yang bisa digunakan. Kemudian muncul ide untuk membuat beberapa karakter binatang sebagai hiasan asbak dan juga lampion.
Siapa sangka, hasil karyanya ternyata diminati oleh masyarakat luas, meski baru tiga bulan dia mulai beralih profesi sebagai perajin. Berawal dari tetangga dan masyarakat sekitar yang membantu membagikan foto dan video hasil kerajinan yang dibuatnya melalui media sosial.
“Pemasaran masih lokal Kediri. Selain dari medsos, saya juga jualan di Simpang Lima Gumul, kebetulan di sana disediakan stand bagi pelaku UMKM untuk memasarkan produknya,” imbuhnya.
Dalam sehari Agung mampu membuat dua sampai tiga karakter hewan yang dipadukan dengan asbak. Sedangkan untuk membuat satu buah lampion lampion membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 2-3 hari karena dalam proses produksinya, dia masih menggunakan cara manual.
Untuk itu saat ini dia membutuhkan peralatan yang mendukung pembuatan kerajinan tangan yang ditekuninya agar mempercepat proses produksi sekaligus memaksimalkan kualitas barang jadi. Karena harga kerajinan dari bambu ini bisa dibilang cukup terjangkau.
“Asbak karakter hewan mulai 20 sampai 25 ribu, kalau lampion mulai 100 sampai 150 ribu,” ujarnya.
Penulis: Novira Kharisma