Ringkasan Berita
- Mie instan bikinan orang lain selalu lebih enak ketimbang buatan sendiri meskipun dengan bahan dan kondimen sama
- Para ilmuwan melakukan penelitian fenomena mie instan dan menemukan adanya faktor psikologi rasa
Bacaini.ID, KEDIRI – Hampir semua orang merasakan hal yang sama: mie instan terasa lebih enak jika yang masak orang lain.
Entah itu dibuatkan oleh ibu, pasangan atau kreasi warmindo atau warung-warung lokal pinggir jalan. Rasa mie instan selalu lebih nikmat ketimbang masak sendiri.
Padahal bahan dan kondimen sama. Itu bukan hanya ‘perasaan’ saja, namun memang nyata.
Para ilmuwan telah melakukan penelitian soal psikologi rasa dan menemukan alasan menarik di balik fenomena mie instan ini.
Peran Antisipasi dan Familiaritas
Salah satu alasan utama kenapa makanan terasa lebih enak jika dibuatkan orang lain adalah cara otak memproses antisipasi dan familiaritas.
Saat seseorang membuat makanannya sendiri, ia sudah mengalaminya secara visual, mencium bahannya, dan membayangkan rasanya.
Hal ini pada dasarnya yang meredupkan kegembiraan sensorik seseorang sebelum gigitan pertama.
Studi tahun 2010 dari Carnegie Mellon University yang dipublikasikan di Science dengan judul ‘Thought for Food: Imagined Consumption Reduces Actual Consumption’ oleh Larson et al. menjawab hal itu.
Ditemukan bahwa membayangkan makan makanan tertentu berkali-kali mengurangi konsumsi nyata karena otak menjadi ‘puas’ dari simulasi mental.
Paparan sebelumnya ini menurunkan daya tarik, membuat makanan buatan sendiri terasa kurang menggugah.
Sebaliknya, jika orang lain yang membuatnya, ada tingkat misteri dan kebaruan yang meningkatkan perhatian dan indera.
Kurangnya familiaritas ini mengaktifkan sistem hadiah otak, terutama area seperti midbrain dan striatum, yang melepaskan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan kesenangan dan rasa lapar.
Studi tahun 2002 oleh O’Doherty et al. di Neuron dengan judul ‘Neural Responses during Anticipation of a Primary Taste Reward’ menggunakan pemindaian otak.
Studi untuk menunjukkan bahwa antisipasi hadiah rasa enak, seperti gula, sangat mengaktifkan midbrain dan orbitofrontal cortex (OFC) lebih kuat daripada saat makan itu sendiri.
Ini menjelaskan kenapa gigitan pertama dari tangan orang lain terasa lebih lezat.
Kekuatan Kebaruan dan Koneksi Emosional
Selain antisipasi, kebaruan memainkan peran besar. Rutinitas memasak sendiri bisa membuat pengalaman jadi terprediksi, mengurangi kegembiraan otak.
Menurut Piqueras-Fiszman di Handbook of Eating and Drinking, ‘The Psychology of Food Choice: Anticipation and Mental Simulation’ menyoroti bagaimana simulasi mental dan kebaruan meningkatkan kenikmatan dengan melibatkan hippocampus, terkait memori, dan sistem hadiah.
Ketika orang lain membuat mie goreng untuk kita, kombinasi rasa atau penyajian yang tak terduga memicu rasa ingin tahu, membuat setiap gigitan terasa seperti kejutan menyenangkan.
Koneksi emosional juga memperkuat efek ini. Makanan yang disiapkan oleh orang tersayang atau di restoran sering membawa rasa perhatian atau ikatan sosial, yang meningkatkan persepsi rasa.
Dikutip dari CulinaryLore ikatan emosional yang terjadi ini, ditambah dengan berkurangnya penilaian diri terhadap bahan ‘tidak sehat’, membuat makanan lebih nikmat.
Otak menemukan kesenangan lebih besar dalam hal-hal yang tak terduga, mengubah mie instan sederhana menjadi pengalaman tak terlupakan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif