Bacaini.ID, KEDIRI – Dusun Wotawati memiliki fenomena alam yang unik dan itu membuatnya viral di media sosial.
Dusun Wotawati berada di Kelurahan Pucung Kepanewon Girisubo Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Durasi waktu siang di Dusun Wotawati terungkap lebih pendek ketimbang daerah lain. Hanya 8 jam setiap hari. Ini ditengarai karena pengaruh faktor lokasi di lembah yang diapit perbukitan.
Dusun Wotawati diketahui juga menyimpan jejak aliran Sungai Bengawan Solo Purba yang diapit dua bukit besar dengan kawasan hutan alami yang masih lestari.
Sejarah Padukuhan Wotawati, dari Majapahit ke Mataram
Dusun Wotawati diperkirakan telah ada sejak 200 tahun silam.
Masyarakat setempat meyakini asal muasal keberadaan Dusun tersebut berdasarkan kisah para sesepuh, leluhur mereka merupakan pelarian dari Majapahit.
Konon, penduduk pertama yang menginjakkan kaki di tanah bekas lembah Bengawan Solo Purba ini adalah dua orang pengungsi dari Kerajaan Majapahit yang bernama Raden Joko Sukmo dan istrinya, Nyi Arum Sukmawati.
Keduanya kemudian bertempat tinggal di Gua Putri yang berada di sekitar daerah yang kini menjadi Padukuhan Wotawati.
Untuk dapat bertahan hidup, Raden Joko Sukmo dan Nyi Arum Sukmawati turun dari gua, mencari lahan untuk bercocok tanam.
Menuju lokasi tanah datar yang lebih mungkin digunakan bercocok tanam, mereka membuat jembatan bambu atau ‘wot’ untuk menyeberangi sungai kecil.
Setelah ‘wot’ bisa digunakan, mereka pun sering melintasinya menuju lahan pertanian mereka.
Hingga suatu ketika, Nyi Arum Sukmawati terpeleset ketika berjalan diatas ‘wot’, dan diselamatkan Raden Joko Sukmo.
Dari kejadian tersebut, Nyi Arum Sukmawati bersabda, ‘kapanpun nanti disini ada dusun, akan bernama Padukuhan Wotawati’.

Keunikan Dusun Wotawati
• Tempat Persembunyian Prabu Brawijaya V
Dalam kisah tutur di masyarakat setempat, Dusun Wotawati pernah menjadi tempat persembunyian raja terakhir Kerajaan Majapahit, Raden Prabu Brawijaya V.
Prabu Brawijaya V yang kalah perang dari Kerajaan Demak, bersama pasukannya kabur ke arah Selatan untuk mencari tempat persembunyian dan sampailah mereka di dusun Wotawati.
Dusun ini jadi tempat terakhir Prabu Brawijaya V tinggal untuk menyusun strategi dari persembunyiannya, hingga dikabarkan moksa.
• Tempat Paling Sedikit Terkena Sinar Matahari di Indonesia
Dusun Wotawati dianggap sebagai tempat yang paling minim sinar matahari di Indonesia.
Kondisi geografis wilayah Dusun yang diapit perbukitan, membuatnya hanya terpapar sinar matahari hanya beberapa jam saja setiap harinya.
Matahari di dusun Wotawati, muncul pada jam 8 pagi dan tenggelam di jam 16.30 WIB.
Karenanya, penduduk desa yang sedang bepergian akan selalu pulang sebelum jam 4 sore agar tidak kemalaman.
Bahkan konon, di masa penjajahan dusun Wotawati juga seringkali menjadi tempat persembunyian para pejuang.
Pasukan Belanda dikabarkan kesulitan menemukan dusun ini yang seringkali ‘menghilang’ ditelan kabut.
• Tata Desa dengan Lanskap Unik
Dusun Wotawati memiliki lanskap yang unik yang tidak dimiliki desa lain.
Setiap dua hingga empat rumah dengan posisi terkumpul (kanan, kiri, depan, dan belakang) atau sejajar, memiliki akses jalan penghubung.
Tata desa kuno ini layaknya perumahan modern dengan jalan-jalannya di tiap blok.
Diperkirakan, susunan lokasi rumah-rumah yang rapi ini merupakan cara untuk mengatur drainase atau saluran pembuangan agar desa tidak mengalami banjir.
Lokasi desa yang berada di lembah diapit perbukitan, membuatnya rawan banjir jika hujan lebat.
• Desa Wisata dengan Gaya Paduan Perkampungan Majapahit dan Mataram
Dusun Wotawati mulai digarap serius sebagai desa wisata oleh pemprov Yogyakarta sejak 2023.
Pada pertengahan tahun 2024, pembangunan fisik dimulai dengan mengubah fasad rumah-rumah penduduk menjadi seperti perkampungan era Majapahit.
Menyusuri desa ini, pengunjung akan merasakan suasana era kerajaan dengan rumah-rumah dan pagar terakota layaknya film-film kolosal kerajaan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif