Bacaini.id, JOMBANG – Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Pasamuan Ngoro menyimpan sejarah panjang perkembangan penyebaran agama Kristen di Jawa Timur, khususnya Jombang. Ini adalah gereja pembaptis pertama di Jombang.
GKJW Pasamuan Ngoro berada di Jalan Suropati 15 Ngoro Jombang. Kemeriahan menyambut Natal terasa di tempat ibadah ini.
Saat memasuki pintu masuk halaman kita akan disambut oleh bangunan tugu tiga tonggak beton berbentuk persegi panjang yang berdiri kokoh. Tugu ini disebut sebagai simbol pembaptisan pertama yang diikuti warga Ngoro. Tugu ini juga sudah dihias aneka pernik khas Natal.
Ada juga monumen yang terdiri dari tiga tonggak. Di depannya terdapat sebuah patung buku yang terbuka dengan bagian atas terdapat merpati. Tugu baptis bagian depan tertulis peringatan HUT ke-150 Baptisan Tjikal Bakal GKJW 12 Desember 1843.
Yuedi Kumatianto, Pendeta GKJW Ngoro mengatakan sebelum bangunan gereja didirikan pada 1902, sudah ada komunitas Kristen sejak 1843. Tugu Baptis GKJW ini menjadi saksi pembaptisan pertama di Ngoro. Dalam catatan GKJW di Jawa Timur hanya ada di tiga tugu pembaptisan GKJW, yakni GKJW Ngoro, GKJW Wiyung Surabaya, dan GKJW Majelis Agung Malang.
“Monumen ini menjadi monument peringatan umat yang di Baptis pertama di Jawa Timur pada 12 Desember 1843,” ujar Pendeta GKJW Ngoro kepada Bacaini.id saat ditemui Jumat, 24 Desember 2021.
Menurut Yuedi tugu tersebut menjadi peringatan orang jawa Kristen yang dibaptis pertama berasal dari Jombang. Enam orang kristen yang berasal dari Jawa itu dibaptis pada 12 Desember 1843 di Surabaya. Dari enam itu sebagian adalah warga Ngoro.
Keberadaan komunitas Kristen di Ngoro dapat ditelusuri dari sebuah makam seorang penyebar agama Kristen bernama Coenraad Laurens Coolen, seorang tentara Belanda yang bertugas menjadi sinder blandong (pengawas kehutanan).
Kala itu, tentara keturunan Indonesia – Rusia ini melakukan perjalanan dari Surabaya dan meminta ijin Pemerintah Belanda untuk membuka lahan di Kawasan Ngoro. Keberadaan Coenraad ini menjadi awal terbentuknya komunitas Kristen di Ngoro. Termasuk cikal-bakal berdirinya GKJW pun tidak terlepas kaitan dengan masyarakat Kristen di Ngoro yang berada di bawah bimbingan Coolen.
Tentara Belanda ini bukan penyebar agama Kristen secara murni, bahkan masuk dalam kategori kelompok awam. Namun berkat pergaulan yang erat dengan penduduk desa dan pemahaman dengan ilmu Jawa membuat dirinya mudah mendekati masyarakat yang ada kala itu.
Pada 1827 Coolen berhenti dari jabatan sinder blandong dan meminta izin membuka hutan di Ngoro. Beberapa waktu lamanya, tempat ini menjadi sangat ramai. Coolen menjadi seorang pemimpin baru. “Jadi pertama yang kita ¬ketahui bahwa yang namanya Tuan Coolen itu sebenarnya, kalau sekarang, orang Perhutani. Dia meminta izin ke pemerintah untuk membabat hutan guna dijadikan perkebunan,” cerita Yuedi.
Sebelum di Ngoro tentara yang menikahi pembantunya ini dulu babat alas di Mojoangung. Dari Ngoro inllah kemudian komunitas Kristen terbentuk dan menyebar sampai ke Mojowarno.
Dari Komunitas Kristen di Ngoro inilah akhirnya Kristen menyebar di Kabupaten Jombang. Termasuk Kristen Mojowarno yang memiliki gedung tertua juga berasal dari komunitas yang ada di Ngoro ini. Coolen lahir di Ungaran, Jateng sekitar 1770 – 1790 dan wafat serta dimakamkan di Ngoro pada 2 Juli 1873.
Penulis: Syailendra
Editor: Afnan S