Bacaini.ID, MAGETAN — Sebuah peristiwa memilukan terjadi di Desa Purwosari, Kecamatan Magetan, pada Kamis pagi, 11 September 2025. Seorang pemulung barang bekas atau rosok meninggal dunia dalam kondisi memeluk karung di jalan desa.
Nasib naas ini dialami Sugeng Riyanto (49), seorang pemulung asal Desa Mojopurno, Ngariboyo. Sehari-hari ia bekerja mencari barang bekas atau rosok sebagai sumber penghidupan keluarganya.
Tim medis dari Puskesmas Candirejo bersama Unit Identifikasi Polres Magetan memastikan tidak ada tanda kekerasan. Sugeng diduga meninggal karena sakit mendadak. Karung rosok yang dipeluknya menjadi simbol bisu perjuangan hidup yang tak pernah lepas dari kesehariannya.
Tragedi ini menggambarkan wajah kemiskinan yang masih membayangi sebagian masyarakat Jawa Timur. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2025 menyebut persentase penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 9,50%, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 3,876 juta jiwa. Garis kemiskinan di provinsi ini ditetapkan sebesar Rp558.029/kapita/bulan.
Meski angka ini menunjukkan penurunan dari September 2024 (9,56%), Jawa Timur tetap menjadi provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Kabupaten-kabupaten seperti Sampang, Sumenep, dan Jember mencatat angka kemiskinan ekstrem, dengan Sampang mencapai 20,83% penduduk miskin.
Wakil Gubernur Emil Dardak menegaskan bahwa penurunan kemiskinan bukan hanya soal bantuan, tetapi hasil dari program terintegrasi seperti pendampingan UMKM dan Sekolah Rakyat. Namun, tragedi seperti yang dialami Sugeng Riyanto menunjukkan bahwa masih banyak warga yang hidup di tepian sistem, berjuang dalam senyap.
Peristiwa ini bukan sekadar berita duka, melainkan pengingat bahwa di balik angka statistik, ada manusia yang bertahan hidup dengan segala keterbatasan. Sugeng Riyanto bukan hanya pemulung. Ia adalah simbol keteguhan, yang berpulang dalam pelukan karung perjuangannya.
Penulis: Hari Tri Wasono