Bacaini.ID, KEDIRI – Konflik keras yang berujung desakan mundur Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholid Staquf menjadi cermin kondisi organisasi NU saat ini. Elit ormas keagamaan dituding menjadi mesin politik kekuasaan tanpa memikirkan umat.
Pernyataan keras ini disampaikan aktivis demokrasi Dhandy Laksono yang diunggah di akun X @Dhandy_Laksono. Ia juga menyebut para elit ormas hidup dari menempel dan memperkuat rezim demi rezim untuk berebut remahan.
“PBNU itu contoh elit-elit ormas agama yang sibuk jadi mesin politik kekuasaan. Alih-alih memperkuat umat, mereka hidup dari menempel dan memperkuat rezim demi rezim. Lalu saling berebut remah-remahan,” tulis Dhandy.
Hal inilah yang membuat nahdliyin di akar rumput, terutama anak-anak muda NU merasa muak. Untuk itu Dandhy mengajak mereka agar berbuat sesuatu untuk menyelamatkan organisasi Nahdlatul Ulama.
“Anak-anak muda NU yang sudah lama gelisah dan muak, perlu melakukan sesuatu,” lanjutnya.
Kritik serupa disampaikan pemikir muda NU, Mohamad Syafi’ Alielha atau Savic Ali. Melalui program podcast yang ditayangkan di channel Ruang Publik, Savic menyebut jika separuh pengurus PBNU memiliki mental politisi. “Kalau mereka nggak mengejar jabatan, mereka gak pernah datang ke PBNU,” katanya.
Sejak berkantor di kantor PBNU tahun 1996, Savic Ali menyebut jika hanya periode kepemimpinan Gus Yahya inilah gedung PBNU menjadi ramai. Rapat-rapat pengurus selalu dihadiri banyak orang.
Sikap tersebut menggambarkan kegelisahan kader-kader muda NU atas situasi yang terjadi di pengurus pusat saat ini.
Penulis: Hari Tri Wasono





