Covid-19 mulai menjadi ancaman para elit. Jika sebelumnya virus ini menjangkiti masyarakat menengah bawah yang kerap dianggap abai, kini virus dari Wuhan itu mulai menembus barikade protokol kesehatan paling ketat.
Kamis, 26 November 2020 masyarakat Kabupaten Situbondo berduka. Pemimpin mereka Bupati Situbondo Dadang Wigiarto meninggal dunia setelah terjangkit Covid-19. Dadang sempat dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit dr. Abdoer Rahem Situbondo sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Kepergian orang nomor satu di Situbondo ini mengejutkan masyarakat. Tak sedikit yang mempertanyakan protokol kesehatan di dalam pemerintahan sendiri. Apalagi kepala daerah merupakan Ketua Gugus Tugas penanggulangan Covid-19 yang bertanggungjawab atas penanganan pandemi di wilayahnya.
Sejumlah pegawai negeri sipil dan orang-orang di sekitar Dadang Wigiarto bersaksi tentang ketatnya protokol kesehatan yang dilakukan almarhum. Bahkan setiap tamu yang datang dan hendak bertemu telah melalui proses sterilisasi terlebih dulu. Faktanya, pertahanan itu pun jebol.
baca ini Kapasitas Ruang Isolasi Rumah Sakit Mulai Menipis
Dadang Wigiarto bukan pejabat pertama yang meninggal dunia karena keganasan Covid-19. Sebelumnya pelaksana tugas Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin meninggal karena virus yang sama. Pria yang akrab disapa Cak Nur itu meninggal di RSUD Sidoarjo, Sabtu 22 Agustus 2020, saat memimpin penanganan Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo.
Terbaru, Bupati Jombang Hj Mundjidah Wahab diumumkan terkonfirmasi Covid-19. Saat ini Mudjidah sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya.
baca ini Psikolog: Masyarakat Sudah Bosan
Sekretaris Daerah Kabupaten Jombang Ahmad Jazuli mengatakan Mundjidah sempat menjalani karantina mandiri di pendopo. Putri pendiri NU ini juga masih melakukan aktivitas pemerintahan dari pendopo. Termasuk menandatangani berkas berkas kedinasan. Hingga tiba-tiba anak Mundjidah mengumumkan status ibunya yang positif terpapar Covid-19.
Merembetnya penyebaran Covid-19 di lingkungan birokrasi ini membuat ketar-ketir. Jika pejabat elit yang memiliki protokol kesehatan tinggi saja terkena, apalagi masyarakat biasa yang kerap abai dengan situasi.
Jelas ancaman Covid-19 bukan abal-abal. Virus ini terbukti mampu menembus pertahanan paling kuat yang menjadi garda depan perlawanan pandemi.
Jawa Timur Meroket
Pengendalian virus Corona di Jawa Timur masih jauh panggang dari pada api. Langkah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk menurunkan jumlah terkonfirmasi kerap bertabrakan dengan upaya menumbuhkan perekonomian masyarakat. Alhasil, tarik ulur dilakukan pemerintah untuk mengendalikan virus ini.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut terjadi penambahan 428 kasus pada hari Jumat, 27 November 2020 di Jawa Timur. Sehingga total kasus yang terjadi di provinsi ini mencapai 60.618 kasus.
Sehari sebelumnya, Kamis, 26 November 2020, Jawa Timur mencatat tambahan pasien positif Corona sebanyak 390 orang. Ledakan kasus ini terbanyak berasal dari Kabupaten Jember sebanyak 75 orang, Surabaya 29 orang, dan Kabupaten Banyuwangi 25 orang.
Kondisi ini sekaligus membuka kekhawatiran datangnya serangan gelombang kedua pandemi (second wave), di tengah sikap masyarakat yang mulai cuek. Sementara otoritas kesehatan belum memiliki formula jitu untuk mengendalikan virus ini.
Penulis: HTW
Comments 2