Bacaini.id, TRENGGALEK – Banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Trenggalek terjadi karena curah hujan tinggi. Akibatnya air Sungai Ngasinan meluber dan merendam bangunan di sekitarnya.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1 (PJT 1) Raymond Valiant Ruritan mengatakan banjir yang terjadi di Trenggalek berkaitan dengan curah hujan tinggi dengan ketebalan hujan di tiga titik pada Selasa, 18 Oktober 2022.
“Ada tiga titik di Kabupaten Trenggalek yang telah kami ukur. Di Kecamatan Kampak dengan ketebalan 300 mm, Kecamatan Bendungan 140 mm dan Kecamatan Tugu setebal 184 mm. Jadi hujan setebal itu terjadi selama 24 jam,” kata Raymond dalam zoom meeting, Rabu, 19 Oktober 2022.
Menurut Raymond, curah hujan tinggi membuat air yang masuk ke Sungai Ngasinan melampaui kapasitas. Ini berdampak pada anak sungai Tugu, Keser dan Prambon mengalami limbasan permukaan yang besar.
Naiknya debit air sungai juga berdampak pada Pintu Air Bendo yang merupakan pengendali debit air Sungai Ngasinan. Kondisi ini sempat membuat Sungai Ngasinan berstatus siaga satu. Sehingga PJT 1 yang berkewenangan dalam pengoperasian harus membuka Pintu Air Bendo.
“Selasa malam itu debit air yang masuk Pintu Air Bendo mencapai lebih dari 700 milimeter kubik per detik. Akhirnya kami buka untuk memisahkan air dari Sungai Ngasinan ke aliran parit raya melalui terowongan Tulungagung Selatan,” jelas Raymond.
Meski demikian, banjir yang terjadi di Tulungagung bukan berasal dari parit raya, karena tidak ada limpasan air yang meluber dari parit raya. Banjir di Tulungagung berasal dari air Sungai Ngasinan yang meluber lalu dibuang ke laut melalui terowongan Niyama. “Di Tulungagung sendiri banjir juga disebabkan oleh drainase,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Raymond mengungkapkan bahwa selama 24 jam pihaknya terus berupaya mengurangi debit air sungai. Pada Rabu pagi, 19 Oktober 2022 debit air sudah mulai turun.
“Sekarang sudah turun dikisaran 200 milimeter kubik per detik. Status Sungai Ngasinan juga sudah turun, tidak lagi siaga,” pungkasnya.
Penulis: Novira