Sejak istrinya meninggal, Mbah Wakid memutuskan tidur di jalan. Enggan mengingat kala hidup bersama.
Bacaini.id, KEDIRI – Seorang tukang becak viral di media sosial. Dia adalah Mbah Wakid, pengayuh becak yang mangkal di tempat wisata Pagora Kediri.
Sebuah video yang merekam pembicaraan seseorang dengan lelaki tua viral di media sosial. Selain isi percakapan yang mengundang simpati, pernyataan kakek yang mengaku berusia 110 tahun mengundang banyak reaksi.
Di usianya yang senja, Mbah Wakid yang sudah tidak mampu mengayuh becak hanya bisa menuntun. Benarkah usianya lebih dari satu abad?
“Usia saya 110 tahun, rumah saya di Blitar,” kata Mbah Wakid kepada Bacaini.id saat ditemui di tempat mangkalnya di selatan lokasi wisata Pagora, Senin, 30 Agustus 2021.
Dia mengaku menjadi pengayuh becak sejak 15 tahun lalu. Sehari-hari dia mangkal di area Pagora untuk mencari penumpang. Jalur tersebut pernah menjadi primadona para penarik becak karena dilintasi bus antar kota.
Saat otot kakinya masih kuat, Mbah Wakid bisa mengantarkan penumpang hingga bolak balik. Tak jarang dia membawa pulang Rp 100 ribu dalam sehari. “Kalau sekarang sudah tidak kuat. Dari sini (Pagora) ke Pasar Pahing sudah tidak berani,” katanya.
Selain bentuk tubuhnya yang menua, mulai gigi yang ompong, kulit keriput, dan gerakannya melamban, kedua tangannya juga bergetar. Bahkan untuk menyangga tubuhnya sendiri Mbah Wakid harus menggunakan tongkat kayu.
Kondisi tersebut tentu saja tidak memungkinkan lagi untuk menarik becak. Dia hanya membawa becak ke tempat mangkal untuk beristirahat. Agar tetap bisa makan, Mbah Wakid mengharap belas kasih orang yang melintas.
“Sekarang tidak kuat ya, minta-minta. Setiap hari saya tetap bawa becak, tidur di atasnya biar tidak dibawa Satpol PP,” kata Mbah Wakid.
Saat menjelang malam Mbah Wakid menuntun becaknya menyeberang jalan ke arah hruko Stadion Brawijaya. Di salah satu ruko kosong dia tidur. Tempat itu menjadi rumah tinggalnya selama ini.
Mbah Wakid sebenarnya memiliki rumah di Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Di juga memiliki 7 anak. Namun sejak istrinya meninggal, Mbah Wakid jarang pulang ke rumah. Rumah itu justru ditempati salah satu anak laki-lakinya yang sudah berumah tangga.
“Kkalau pulang cuma sebentar ketemu anak cucu terus balik lagi. Tidak betah lama-lama di rumah,” katanya.
Penasaran dengan kondisi rumahnya, Bacaini.id bertandang ke rumah Mbak Wakid di Kelurahan Tosaren. Di sana bertemu anak laki-lakinya bernama Linggo Purnomo. Dia membenarkan jika bapaknya jarang pulang ke rumah.
Linggo sebenarnya sudah berkali-kali mengajak bapaknya pulang. Selain sudah tua, Mbah Wakid juga beberapa kali dibawa Satpol PP. Namun bapaknya selalu menolak dan kembali lagi keluar dengan menuntun becaknya.
“Sudah tiga kali bapak dipulangkan Satpol PP ke rumah, dikiranya saya tidak bertanggung jawab. Padahal beliau sendiri yang ngeyel, katanya kalau di rumah jadi sedih ingat ibu,” terang Linggo.
Dia tidak bisa memaksa bapaknya untuk tinggal. Karena semakin dilarang, Mbak Wakid mengancam untuk pergi jauh. Khawatir dengan ancaman bapaknya, Linggo mengalah. Namun dia tetap memantau bapaknya setiap saat.
Setiap tiga hari sekali Linggo menjenguk ke tempat bapaknya mangkal. Selain melihat kondisinya, Linggo juga membawakan makanan dan baju ganti. Dia juga menitipkan bapaknya kepada Ketua RT ruko Stadion Brawijaya yang mengijinkan Mbah Wakid tidur di ruko kosong.
“Namanya juga orang tua, jadi seperti anak kecil lagi. Saya juga terus kontak sama Pak RT, minta tolong kalau ada apa-apa langsung menghubungi saya. Alhamdulillah Pak RT nya baik dan mau membantu,” ujarnya.
Linggo tetap berharap suatu saat bapaknya akan pulang ke rumah. Sebagai anak, dia menginginkan Mbah Wakid beristirahat dan tinggal bersama anak cucunya. “Saya bilang tidak apa-apa mau tetap di jalan, tapi jangan pindah-pindah, biar mudah kalau mencari,” tutup Linggo.
Mbah Wakid adalah potret wajah Kota Kediri yang sesungguhnya. Di mana masih ada masyarakat yang hidup dengan keterbatasan ekonomi. Sekaligus potret tentang kesetiaan terhadap pasangan yang tak mengenal usia dan kasta.
Reporter: Tiza, Dila, Ain
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: