Bacaini.id, KEDIRI – Kesuksesan Timnas Indonesia lolos ke babak final Piala AFF tahun 2020 tidak lepas dari aksi heroik kiper Nadeo Argawinata. Kiper muda asli Kediri ini nyatanya sudah beberapa kali menorehkan prestasi sejak usia dini.
Pemain yang berdomisili di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri itu tercatat sebagai murid SSB Macan Putih Kediri sejak kelas 4 SD sekitar tahun 2008-2009. Amin Yuli Purnomo, mantan pelatih Nadeo di SSB Macan Putih menjadi saksi perjuangan kiper 24 tahun itu mewujudkan cita-citanya berkarir sebagai pemain sepak bola profesional.
“Dari awal sudah terlihat ada bakat, dari kelenturan tubuh, gerak-geriknya cekatan, reflek dia bagus, postur tubuhnya juga mendukung,” kata Amin di rumahnya, kompleks Perumahan Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Minggu, 26 Desember 2021.
Tidak hanya memiliki bakat sejak dini, Amin mengenal Nadeo sebagai seorang pekerja keras. Hal itu terlihat seiring bertambahnya usia Nadeo. Selama menjalani pendidikan di SSB Macan Putih, pemain bertampang bule itu termasuk anak murid yang disiplin.
Selama latihan tiga kali dalam seminggu, Nadeo hampir tidak pernah datang terlambat. Seringkali dia datang lebih awal dan melakukan pemanasan sendiri sampai latihan dimulai. Tidak kalah penting, Nadeo juga disiplin menerapkan instruksi pelatih ketika bertanding di lapangan.
“Dia itu pekerja keras, punya kemauan besar untuk belajar. Dia juga selalu menerima masukan dan menanggapinya secara positif. Bagi saya, dia itu pribadi yang sederhana, usia dia masih muda tapi tidak pernah neko-neko,” ungkap Amin.
Tonton video:
Dengan karakter dan kepribadian itulah Nadeo mampu berkontribusi lebih bagi SSB yang terbentuk pada tahun 2007 itu. Beberapa prestasi SSB Macan Putih, juga tidak lepas dari permainan gemilang Nadeo dkk.
Diantaranya juara 1 U-15 Manchester United Premier Cup tahun 2011 tingkat Provinsi Jatim, juara 1 Kadin Cup tahun 2011, juara 2 Piala Toyota di Semarang, Jawa Tengah tahun 2011 serta beberapa prestasi lain mulai dari tingkat wilayah Kediri sampai tingkat nasional. “Yang paling berkesan itu saat ajang sepak bola LPI (Liga Pendidikan Indonesia) tahun 2014, kita bawa nama SMAN 8 Kota Kediri,” imbuhnya.
Saat itu mayoritas pemain SSB Macan Putih menempa pendidikan menengah atas di SMAN 8 Kota Kediri. Kompetisi dimulai dari babak penyisihan tingkat wilayah Kediri, Nadeo harus sabar menjadi kiper lapis dua.
Kesempatan kiper Timnas Indonesia itu baru datang setelah kiper utama sebelumnya melakukan blunder tepat pada pertandingan semi final. Akhirnya posisi kiper pun dilakukan rotasi, dan Nadeo diplot sebagai kiper utama.
“Nadeo juga kaget, tiba-tiba dia dipasang pas pertandingan final. Nyatanya dia main bagus, lanjut sampai pertandingan tingkat provinsi dia jadi kiper utama. Ada 9 pertandingan sampai final gawangnya bersih tanpa kebobolan gol, Alhamdulillah kita juara saat itu,” ceritanya bangga.
Pencapaian itu pula yang menarik perhatian klub sekelas Liga Indonesia. Lulus SMA, Nadeo lebih memilih fokus berkarir di dunia sepak bola profesional seperti yang menjadi cita-citanya.
Sebagai mantan pelatih, Amin merasa terharu dan bangga melihat kerja keras Nadeo di bawah mistar gawang Skuad Merah Putih. Tidak hanya sukses menepis tendangan penalti tim lawan, terbukti Nadeo memiliki mental yang luar biasa.
“Pemain muda itu mentalnya harus benar-benar dijaga, Alhamdulillah Nadeo bisa. Semoga final nanti dia tetap bermain maksimal, bekerja keras, jangan over convidence tapi juga jangan jadi beban. Mudah-mudahan Timnas Indonesia bisa juara,” tutupnya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: Budi S