Bacaini.id, KEDIRI – Penggunaan gadget dalam pembelajaran daring di masa pandemi membawa resiko negatif bagi anak-anak. Hal ini dipicu penggunaan gadget berlebihan dengan ‘dalih’ mengerjakan tugas sekolah.
Susiani, ibu dua anak di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri merasakan dampak negatif penggunaan gadget terhadap putra-putrinya. Kedua anaknya yang duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama harus menatap gadget hampir seharian penuh. “Ketika ditanya mereka menjawab sedang mengerjakan tugas sekolah,” kata karyawan perusahaan swasta ini.
Sebagai orang tua yang memiliki kesadaran membatasai penggunaan gadget, Susiani merasa tak berdaya. Alasan mengerjakan tugas sekolah atau sedang mengikuti pelajaran online membuatnya tak bisa memisahkan mereka dengan gadget. Apalagi pemberian tugas sekolah yang memberi tengat waktu hingga malam makin menambah panjang durasi penggunaan gadget anak-anaknya.
“Saya tidak bisa mengontrol apakah seluruh waktunya selama memegang gadget digunakan untuk mengerjakan tugas, bermain game, YouTube, atau medsos,” keluh Susiani.
Namun yang pasti, sejak intensitas anaknya menggunakan gadget meningkat, dia merasakan ada jarak dengan mereka. Anak-anaknya yang dulu bermanja dan bercerita tentang apapun di sekolah seperti larut dalam dunia maya, dan dipisahkan dari keluarganya.
Pengamat sosial sekaligus pengajar Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, Narno Suryomentaram mengatakan persoalan yang dihadapi Susiani adalah persoalan seluruh orang tua saat ini. “Mau bagaimana lagi, pembelajaran daring memang memaksa anak-anak memegang gadget berlebih,” katanya kepada Bacaini.id.
Penggunaan teknologi informasi telah mengubah konsep komunikasi masyarakat dunia. Saat ini hampir semua jalur komunikasi dilakukan melalui dunia maya, yang mereduksi ikatan emosional dengan lawan bicara.
Hubungan antar keluarga menjadi kurang hangat dan kurang dekat ketika jalur komunikasi beralih melalui aplikasi gadget. “Komunikasi model ini yang berpotensi mengurangi ikatan batin dan mengabaikan etika. Padahal komunikasi tidak sekedar menyampaikan sesuatu, tetapi juga mengikat gestur (komunikasi non-verbal) seperti menjaga sikap dan intonasi dengan lawan bicara,” kata Narno.
Kasus yang dialami Susiani bisa diurai dengan membuat komitmen bersama untuk menyepakati waktu menggunakan gadget di rumah. Jika ada tugas sekolah sebaiknya dikerjakan pagi atau siang hari. Sehingga saat seluruh anggota keluarga berkumpul di malam hari, mereka bisa berkomunikasi secara langsung.
Komunikasi seperti ini akan tetap memperkuat ikatan batin antar anggota keluarga, di tengah situasi penggunaan gadget yang tak bisa dihindari. (HTW)
Tonton video: