Bacaini.id, KEDIRI – Menemukan belahan jiwa jadi dambaan setiap insan yang hidup berpasang-pasangan.
Tentunya pasangan yang bisa saling mengisi sekaligus menjadi tempat berbagi. Namun Readers, ada juga beberapa orang yang lebih memilih hidup menjomblo dengan berbagai alasan dan pertimbangan.
Pada umumnya, perempuan menikah pada usia lebih muda ketimbang pria. Sementara laki-laki relatif lebih santai dalam urusan “jadwal” naik ke pelaminan.
Tetapi kenapa kita seringkali menjumpai pria lebih cepat menemukan pasangan pengganti ketika mereka sudah selesai dengan hubungan sebelumnya? Misalnya putus ketika masih pacaran, atau bercerai ketika sudah menikah. Ini jawabannya:
Teman Curhat
Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa pria ternyata jauh lebih rapuh atau tidak kuat untuk urusan hidup menjomblo atau tidak memiliki pasangan ketimbang wanita.
Dalam penelitian ini, 61 persen kaum hawa mengaku merasa puas dengan pilihan hidupnya, termasuk saat memilih untuk tidak memiliki pasangan. Hal itu berbanding hanya 41 persen pria yang merasakan hal sama.
Bahkan, 75 persen wanita mengaku mampu mendapatkan kebahagiaan meskipun hidup sendiri. Mereka juga cenderung tidak terburu-buru mencari pasangan hidup jika baru saja menyelesaikan hubungan dengan pasangan sebelumnya. Ini tidak berlaku pada kebanyakan pria.
Pria yang pernah menjalani hubungan cinta yang serius akan mengalami perubahan hidup yang drastis saat berpisah dengan pasangannya. Perubahan yang dimaksud semacam guncangan hidup.
Lalu mengapa pria cenderung tidak tahan berlama-lama hidup sendiri? Hal ini ternyata disebabkan oleh hilangnya teman untuk berbagi cerita sepanjang hari.
Menurut pakar kesehatan, perempuan bisa lebih bebas mengekspresikan perasaannya dibanding pria yang berkecenderungan terbiasa menahan perasaan. Itu sebabnya pria tidak mampu melepas emosi negatif dari dirinya.
Hal yang berbeda terjadi pada wanita, yakni cenderung lebih lepas untuk mengekspresikan apapun dengan teman-teman atau orang terdekatnya sehingga meskipun tidak memiliki pasangan, mereka tetap bisa menikmati hidupnya.
Penelitian ini juga menyebutkan pria cenderung lebih berat merasakan kehilangan ketimbang kaum hawa, meskipun pada awal-awal proses kehilangan, pria biasanya terlihat lebih tegar dari wanita.
Ternyata begitu ya Readers? Kebiasaan perempuan untuk selalu curhat pada orang terdekatnya siapapun itu nyatanya bisa sangat membantu melepas emosi negatif. Dan itu baik untuk kesehatan mental.
Ketergantungan Pada Pasangan
Dikutip dari US News, 70 persen laki-laki berusia 65 hingga 69 tahun yang telah kehilangan istri berpotensi mengalami peningkatan risiko kematian dalam rentang waktu satu tahun.
Hasil ini berdasarkan sebuah riset terhadap 925.000 lansia di Denmark. Pada sisi lain, hasil riset terhadap perempuan menunjukkan tingkat risiko yang relatif jauh lebih rendah, yaitu hanya 27 persen.
Salah satu peneliti dari studi tersebut, Alexandros Katsiferis, mengatakan bahwa mereka belum memiliki data akurat yang bisa menjawab alasan dibalik hasil penemuannya.
Namun, ia menyoroti kemungkinan itu terjadi lantaran suami lebih banyak bergantung secara fisik dan emosional kepada istri.
Kesehatan fisik dan emosional pria ternyata banyak bergantung pada pasangan mereka. Perempuan yang memang bernaluri merawat, lebih banyak berperan memperhatikan semua urusan domestik anggota keluarga.
Menurut peneliti, banyaknya peran yang dilakoni perempuan saat berpasangan ini yang menjadi penyebab mengapa pria saat kehilangan pasangan mereka bisa mengalami kolaps.
Bahkan tidak sedikit yang mengambil tindakan nekat. Sementara suasana hati perempuan saat berpisah relatif lebih rileks dan baik-baik saja.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif