Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sejumlah peternak di Tulungagung mengeluhkan kelangkaan obat hingga sulitnya mencari dokter hewan gratis dari pemerintah. Disisi lain, banyak hewan ternak yang malah terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) setelah mendapatkan vaksinasi.
Salah satu peternak di Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Oky Prasetyo mengatakan bahwa saat ini dia sangat kesulitan mencari dokter hewan gratis dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Tulungagung. Akhirnya, dia harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk pengobatan ternaknya yang terjangkit PMK.
“Setiap kali mengobatkan hewan ke mantri, saya harus membayar Rp100 ribu, karena sulit sekali cari dokter dinas yang gratis,” kata Oky kepada Bacaini.id, Selasa, 5 Juli 2022.
Menurutnya, saat ini peternak di Desa Penjor tengah dilanda keresahan karena banyak sekali hewan ternak mereka yang mati akibat PMK. Selain itu, hewan ternak yang sudah tidak bisa berdiri hanya bisa dijual dengan harga sekitar satu sampai dua juta rupiah saja.
“Jumlah ternak yang terpapar banyak, yang mati juga banyak. Ternak yang sakit memang masih bisa dijual, tapi harganya ya anjlok drastis. Sementara kalau dipotong paksa malah harus keluar uang lagi,” keluhnya.
Keresahan juga dialami Agung, dimana sebanyak 13 ekor dari 15 ekor sapi miliknya saat ini tengah terpapar PMK setelah mendapatkan vaksinasi. Padahal sebelumnya, ternaknya yang sakit sudah dinyatakan sembuh dalam waktu tiga hari setelah diobati.
“Tidak lama setelah divaksin, ternak saya malah berliur, demam dan kemudian kukunya luka. Petugas vaksin menjelaskan, vaksinasi ini hanya membentuk sistem kekebalan 20 persen saja,” kata Agung.
Agung mengatakan, seharusnya pemerintah lebih fokus pada pengobatan dan penanggulangan penyebaran PMK daripada vaksinasi PMK. Pasalnya, kasus PMK ini hampir sama dengan kasus Covid 19.
Bahkan dikatakannya, hingga saat ini kasus kematian hewan ternak akibat PMK di Desa Penjor sudah tidak bisa dihitung lagi. Karena jumlahnya sudah sangat banyak.
“Saya melihat kok seakan dipaksakan melakukan vaksin PMK. Padahal banyak ternak yang malah sakit setelah divaksin,” ujarnya.
Menanggapi keluhan peternak, Kabid Keswan Disnakeswan Kabupaten Tulungagung, Tutus Sumaryani mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang fokus melakukan vaksinasi PMK di seluruh kecamatan di Tulungagung. Karena keterbatasan petugas, dropping obat jadi tidak optimal.
“Dua kali dropping, Tulungagung sudah dapat 82 ribu dosis vaksinasi PMK yang akan kami optimalkan. Sedangkan untuk obat, kami hanya bisa berikan sesuai stok yang ada,” kata Tutus.
Dijelaskannya, ternak yang mengalami demam usai divaksin adalah salah satu reaksi postvaksin untuk membentuk antibodi. Namun, efek samping itu tidak sampai menyebabkan kematian.
Disnakeswan juga menyediakan dokter hewan gratis bagi para peternak, tetapi memang jumlahnya hanya 30 orang saja. Selain itu, ada juga petugas kesehatan di KUD dan KOPTAN yang memberikan pelayanan pengobatan secara gratis.
“Kalau berobatnya di dokter hewan swasta pasti berbayar. Tapi kalau berobat di dokter hewan dinas atau KUD dan KOPTAN itu gratis. Tapi memang jumlah dokternya terbatas,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira