Dalam dunia hiburan, figur perempuan masih menjadi obyek eksploitasi untuk menarik pemirsa. Jika tak mengumbar badan, produksi kata dan gerak tubuh didesain untuk mengundang syahwat.
Peran ini diwakili oleh Mintul dalam film komedi produksi Woko Channel. Sosok Mintul yang dimainkan Rizka Octavia digambarkan sebagai perempuan seksi dan cantik. Meski berdialog sinis, pengambilan gambar Mintul sering mengeksplorasi bagian tubuhnya yang memang seksi.
Uniknya, profesi yang dijalani Mintul bukanlah pekerjaan biasa. Meski berparas cantik dan bersih, Mintul justru bekerja sebagai tukang tambal ban. Bukan sekedar akting menambal, sang sutradara memintanya mendorong gerobak kayu yang cukup berat.
baca ini Penonton Tinggi Penyok Dapat Bonus Motor N-Max
Profesi ini meruntuhkan gambaran Mintul sebagai perempuan yang gemulai. Mintul adalah perempuan perkasa yang tak tampak meringis saat mendorong gerobak kayu di jalan tanah, tanpa bantuan stunt woman (pemeran pengganti).
Selain Mintul, ada lagi tokoh perempuan yang lebih ekstrim. Bukan hanya mendorong gerobak, perempuan ini justru mengayuh becak dengan beban penumpang berat. Dia adalah Wadas Gempal alias mbok’e Penyok.
Perempuan yang satu ini memang aspal (asli tapi palsu). Dia adalah Eko Dunung Sutresno, pemeran Penyok, Peni, ibu, dan bapaknya sekaligus.
Seperti Mintul, Peni dan ibunya digambarkan sebagai perempuan kuat. Keduanya menarik becak menggantikan posisi sang ayah yang sakit tak kunjung sembuh. Di sini Mbokde Wadas Gempal mengambil alih peran kepala keluarga dan menjadi tulang punggung.
baca ini Penghasilan Woko Channel Tembus 166 Juta Sebulan
Apa yang dilakukan Mintul, Wadas Gempal, dan Peni dalam film komedi Woko Channel tentu tidak berkait dengan gerakan 15.000 wanita di New York City saat melakukan aksi turun jalan menuntut jam kerja yang layak. Kala itu, ribuan perempuan berjuang menuntut perlakuan yang layak sebagai pekerja, dan menjadi tonggak lahirnya Hari Peringatan Perempuan Nasional di Amerika Serikat pada tahun 1909.
Gerakan ini makin meluas. Dalam Konferensi Internasional Perempuan Pekerja kedua di Kopenhagen, seorang wanita bernama Clara Zetkin mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional. Clara Zetkin mengusulkan setiap tahun di setiap negara harus ada perayaan di hari yang sama.
Pemilihan tanggal 8 Maret diputuskan setelah adanya unjuk rasa para pekerja Rusia, hingga mengakibatkan adanya Revolusi Rusia pada tahun 1917.
Kesetaraan pekerjaan yang dilakukan Mintul, Peni, dan Wadas Gempal sejatinya telah mewakili perjuangan perempuan di dunia untuk mendapatkan kesetaraan pekerjaan dan peran dalam rumah tangga.
Inilah salah satu spirit yang bisa diambil dari gelaran Woko Channel di Hari Peringatan Perempuan Sedunia hari ini. Bahwa perempuan tak selalu memasak, menanak, dan momong anak, tetapi juga mampu memompa ban dan menggenjot becak. Kok getiiiiingg aku.
Penulis: Hari Tri Wasono*
*)CEO Bacaini.id