Bacaini.id, KEDIRI – Rencana Pemerintah Kota Kediri untuk merenovasi alun-alun dengan anggaran Rp23,5 milyar menuai kritik. Pasalnya desain yang dibuat berkonsep modern minimalis dan tidak menggambarkan identitas Kota Kediri.
Ketua Komisi C DPRD Kota Kediri Sunarsiwi Ganik Pramana mengatakan langkah pemerintah untuk mengubah wajah alun-alun menjadi modern minimalis sangat tidak tepat. Menurutnya alun-alun merupakan ikon sebuah kota yang harus menampilkan identitas masyarakat.
“Saat daerah lain berlomba-lomba menonjolkan identitas melalui alun-alun, kita malah mengubahnya menjadi modern minimalis,” sergah Ganik saat dihubungi Bacaini.id, Sabtu, 14 Januari 2023.
baca ini Sejarawan Ingatkan Pemkot Kediri Terkait Pemugaran Alun-alun
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mencontohkan bagaimana Malioboro yang merupakan kawasan paling ikonik di Yogyakarta terus memperkuat identitas kota. Bangunan toko di sana ramai-ramai menyulap desain mereka menjadi sangat lokal.
Sementara yang terjadi di Kota Kediri justru sebaliknya. Desain yang dibuat pemerintah kota melalui Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (DLHKP) sangat tidak mencerminkan kultur dan identitas Kota Kediri. Padahal sebagai salah satu kota tua di Indonesia, mestinya ada banyak hal yang bisa digali dari sejarah kota untuk ditampilkan sebagai wajah alun-alun.
baca ini Dituding Salah Desain Alun-alun Ini Penjelasan Pemkot Kediri
Untuk itu Ganik meminta pemerintah mengevaluasi rancangan alun-alun tersebut dengan melibatkan sejarawan dan tokoh masyarakat Kota Kediri.
Hal senada disampaikan politisi Partai Demokrat Ashari, yang menilai pembangunan alun-alun dibuat serampangan. Jika desain modern minimalis itu tetap dipaksakan, akan membuat kawasan alun-alun seperti taman kota yang telah dibangun saat ini. “Semua bentuknya akan sama, minimalis. Itu yang akan menghapus historis Kota Kediri,” kritiknya.
Salah satu spot dalam desain ini adalah mengganti wajah pedagang kaki lima menjadi food court. Sehingga akan sulit dibedakan antara alun-alun dengan mall.
Menurut Ashari, renovasi alun-alun tak hanya pada penggantian bangunan. Tetapi juga memindahkan Monumen Mayor Bismo yang selama ini menjadi ikon alun-alun Kota Kediri. Rencananya patung pejuang kemerdekaan itu akan dipindahkan ke kawasan Memorial Park di depan Taman Makam Pahlawan.
Tidak Transparan
Ashari menilai ujung pangkal kesalahan desain alun-alun ini adalah tidak adanya transparansi Pemerintah Kota Kediri dalam mensosialisasikan pembangunan. Dengan anggaran mencapai Rp23,5 milyar, harusnya pemerintah berhati-hati menyusun proyek tersebut.
Menurutnya, rencana pembangunan alun-alun ini sebenarnya sudah lama. DLHKP Kota Kediri juga pernah menyusun desain alun-alun untuk diajukan kepada DPRD. “Namun belum sempat disosialisasikan ada pandemi. Semua perhatian terfokus pada penanganan covid,” katanya.
Desain yang dibuat kala itu jauh berbeda dengan desain yang saat ini diajukan DLHKP saat ini.
Rencananya Komisi C DPRD akan melakukan rapat dengar pendapat dengan masyarakat terkait rencana itu. Mereka akan mengundang sejarawan, budayawan, dan tokoh masyarakat untuk dimintai pendapat tentang konsep alun-alun.
Sebab konsep alun-alun yang mereka maknai tidak sekedar sebagai titik kegiatan kumpul dan ruang publik, melainkan wajah Kota Kediri. “Jika perlu dibuat lomba desain alun-alun yang ikonik menggambarkan sejarah Kota Kediri,” pungkas Ashari.
informasi yang digali Bacaini.id menyebut pembangunan alun-alun itu terbagi dalam tiga kegiatan. Yakni pembuatan desain, pemindahan Monumen Mayor Bismo, dan pembangunan alun-alun. Dua kegiatan pertama menjadi tanggungjawab DLHKP, sedangkan kegiatan ketiga dilakukan Dinas Pekerjaan Umum.
Penulis: Hari Tri Wasono
Tonton video:
Comments 2