Ringkasan Berita
- Hamas dan Israel bertukar sandera
- Fase awal gencatan senjata di Gaza yang dimediasi oleh AS telah dimulai
Bacaini.ID, TIMUR TENGAH – Hamas dan Israel melakukan pertukaran sandera pada Senin 13 Oktober 2025.
Sebanyak 20 orang sandera Israel ditukar dengan 2.000 tahanan Palestina.
Pertukaran sandera hidup antara Hamas dan Israel ini menandai fase awal gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan yang digembar-gemborkan Presiden Donald Trump sebagai ‘fajar bersejarah Timur Tengah baru’, datang setelah lebih dari dua tahun konflik berdarah.
Namun, menurut laporan Reuters, kemajuan ini terancam retak ketika Hamas menyerahkan lebih banyak jenazah sandera Israel pada Selasa (14/10), sebagai respons atas ancaman Israel untuk menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Penyerahan jenazah ini menjadi salah satu detail terakhir yang tersisa dari kesepakatan gencatan senjata minggu lalu.
Hamas kini telah mengembalikan 8 peti mati sandera yang tewas, meninggalkan setidaknya 19 orang yang diduga tewas dan satu yang masih hilang di Jalur Gaza.
Militer Israel mengonfirmasi penerimaan empat peti mati tambahan dari Palang Merah di titik pertemuan Gaza utara.
Peti-peti itu, dikawal pasukan Israel, melintasi perbatasan sesaat sebelum tengah malam waktu setempat, dan langsung dibawa untuk identifikasi forensik.
Hamas, melalui juru bicara Hazem Qassem di Facebook, menyatakan bahwa transfer ini bagian dari pelaksanaan perjanjian untuk mengakhiri perang.
Langkah ini dipicu oleh ketegangan baru. Israel mengumumkan pemangkasan setengah jumlah truk bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk Gaza, sebagai hukuman atas dugaan pelanggaran Hamas terhadap kesepakatan penyerahan jenazah.
Mulai Rabu (15/10/2025) hari ini, hanya separuh dari truk yang disepakati yang boleh masuk, sementara rencana pembukaan penyeberangan selatan ke Mesir ditunda.
Penyeberangan itu awalnya dimaksudkan untuk evakuasi warga Gaza yang terluka guna perawatan medis.
Belum jelas apakah penyerahan jenazah cukup memulihkan alur bantuan penuh, meski Gaza membutuhkan sekitar 600 truk harian untuk mengatasi kelaparan yang melanda lebih dari setengah juta warga Palestina akibat serangan Israel selama dua tahun.
Konflik ini telah menghancurkan sebagian besar Gaza, dengan otoritas kesehatan setempat melaporkan sedikitnya 67.000 kematian, plus ribuan lainnya tertimbun reruntuhan.
Dinas Pertahanan Sipil Gaza menemukan 250 jenazah sejak gencatan senjata dimulai.
Perang di Gaza telah menciptakan krisis kemanusiaan parah yang menjadi sorotan dunia. Termasuk kelaparan massal di Kota Gaza dan sekitarnya.
Sementara itu, Hamas menegaskan kendali atas Gaza dengan mengerahkan ratusan pasukan keamanan di jalan-jalan kota.
Hamas yang menguasai Gaza pada 2007 melalui perang saudara singkat, dengan cepat mengisi kekosongan setelah penarikan sebagian pasukan Israel pekan lalu.
Hamas menolak tuntutan Israel dan Trump untuk melucuti senjata.
Trump, dalam pidato di Gedung Putih sehari setelah berbicara di Knesset Yerusalem, mengancam: “Jika mereka tidak melucuti senjata, kami akan melucuti senjata mereka. Dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan.”
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan perang tak akan berakhir sampai Hamas menyerahkan senjata dan kendali Gaza, tuntutan yang ditolak mentah-mentah oleh pejuang militan.
Trump sebelumnya merestui Hamas menguasai Gaza sementara, sementara pejabat Israel enggan komentar.
Prospek rencana perdamaian yang diwacanakan Trump dianggap semakin suram di tengah tuduhan pelanggaran timbal balik.
Hamas menuduh Israel melanggar gencatan senjata dengan serangan drone yang menewaskan lima warga Palestina di pinggiran timur Kota Gaza, serta serangan udara di dekat Khan Younis yang tewaskan satu orang dan mellukai satu lainnya.
Militer Israel klaim menembaki orang-orang yang mendekati pasukannya setelah abaikan peringatan.
Pejabat keamanan Palestina melaporkan puluhan tewas dalam bentrokan internal antara Hamas dan rivalnya belakangan ini.
Sumber Hamas mengatakan, mereka tak lagi toleransi pelanggaran ketertiban, menargetkan kaki tangan, penjarah, dan pengedar narkoba.
Gencatan senjata ini menghentikan sementara peperangan dahsyat yang telah merenggut nyawa ribuan.
Namun, dengan ancaman militer Trump, pemangkasan bantuan Israel, dan eksekusi publik Hamas, perdamaian tetap rapuh.
Pengembalian jenazah sandera dan tukar tahanan massal awal menjanjikan harapan, namun kegagalan memenuhi tuntutan bisa picu eskalasi baru, yang diprediksi bakal memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif