Bacaini.ID, KEDIRI – Banyak pasangan yang berpacaran lebih lama daripada usia pernikahan, namun akhirnya berpisah.
Pacaran lama memang tidak menjamin hubungan pernikahan akan langgeng dan bahagia.
Dunia percintaan dan dunia pernikahan seperti dua kutub berbeda.
Semua perbedaan atmosfer ini lantaran masing-masing individu tidak bisa lagi hanya menampakkan kebaikan satu sama lain.
Semua keburukan, perilaku minus, kebiasaan jelek akan terbuka dengan sendirinya ketika sudah menikah.
Jika pasangan bisa saling mengerti, semua akan baik-baik saja.
Namun sebaliknya jika keburukan yang nampak tak lagi bisa ditolerir, pernikahan bisa terancam bahaya.
Ini beberapa hal yang kerap dianggap sepele oleh pasangan namun berpotensi menjadi bom waktu pernikahan.
Merasa Paling Capek
Suami dan istri sama-sama capek. Istri yang mengurus anak dan rumah seharian, merasa capek. Suami yang bekerja seharian juga capek.
Tidak ada yang santai, semua capek. Ini yang harus dipahami oleh masing-masing. Pekerjaan rumah tangga bisa dikerjakan bersama, bukan tanggung jawab istri seorang.
Begitupun tugas mencari nafkah bisa juga dilakukan istri. Istri mensupport finansial rumah tangga justru bagus untuk masa depan.
Jadi saling membantu dan saling mengerti. Tidak ada yang paling capek, masing-masing punya tanggung jawab berat yang harus ditunaikan.
Ngobrol
Banyak yang berpendapat bahwa pernikahan isinya 70% ngobrol. Bahkan mungkin lebih dari 70% secara real.
Menjadi tempat curhat pasangan itu penting. Nyaman mengeluarkan isi pikiran tanpa perlu takut di-judge.
Komunikasi yang hangat, bertanya kabar ketika berjauhan, memberi kabar ketika ada di luar rumah, akan membuat komunitas menjadi hidup dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif pasangan.
Realistis Dalam Keuangan
Tidak ada manusia sempurna, pun tidak ada pernikahan sempurna.
Tak perlu mengikuti standar TikTok yang bikin resah warganet dengan mematok uang belanja bulanan minimal 15 juta rupiah.
Tiap rumah tangga memiliki masalahnya sendiri, dan tidak semua suami mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga secara berlebih.
Ketahui kemampuan diri dan pasangan, tidak perlu memaksa untuk hidup enak, diratukan atau dirajakan dan mendapat pujian orang.
Media sosial terkadang menjadikan kita tidak rasional dengan kemampuan finansial.
Gantian
Tidak selamanya pernikahan saling berkontribusi 50-50 dalam hal apapun. Ada kalanya 80-20 atau 60-40.
Yang harus diingat adalah harus bergantian. Artinya saling menutup kekurangan yang dilakukan sebelumnya, agar pasangan tidak merasa diabaikan, capek sendiri atau tidak dihargai.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif