Bacaini.ID, KEDIRI – Ikan sidat memiliki nama ilmiah Anguilla. Dalam budaya lokal masyarakat Nusantara, habitat atau keberadaannya mendapat tempat istimewa.
Ikan sidat kerap dianggap bukan sekadar hewan air biasa. Ikan keramat. Hidupnya dilekati banyak mitos dan cerita legenda di manapun habitatnya berada.
Ada yang meyakini bentuk panjang mirip belut atau ular itu sebagai jelmaan makhluk gaib penjaga sungai. Juga diyakini membawa keberuntungan dan karenanya pantang ditangkap.
Terlepas dari semua itu, ikan sidat sebenarnya menyimpan fakta ilmiah yang menarik. Sidat memiliki siklus hidup kompleks dan misterius. Mampu hijrah dari laut dalam ke sungai air tawar.
Baca Juga:
- Pohon-pohon Keramat di Nusantara: Strategi Budaya Menjaga Alam
- Melalui Pranata Mangsa Orang Jawa Memahami Alam Bekerja
Yang terbaru ikan sidat ditemukan memiliki kandungan omega-3 paling tinggi, bahkan lebih tinggi ketimbang ikan salmon.
Besarnya kandungan protein, asam lemak omega-3, vitamin A, serta mineral penting menjadikan sidat digadang-gadang sebagai salah satu ikan paling bernutrisi.
Di beberapa negara, ikan sidat dianggap makanan premium. Perpaduan antara mitos, keunikan alam, dan manfaat kesehatan inilah yang membuat ikan sidat selalu menarik untuk dibicarakan.
Ikan Keramat dan Memiliki Kekuatan Supranatural di Bone, Sulawesi Selatan
Di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, terdapat legenda mengenai ikan sidat yang dikeramatkan. Masyarakat Bugis menyebut ikan ini sebagai ‘Massapi’.
Ikan Massapi yang hidup di mata air Lagole dan sungai di Desa Palongki, Kecamatan Tellu Siattinge, dipercaya memiliki kekuatan supranatural dan dianggap sakral oleh masyarakat setempat.
Kepercayaan ini berasal dari legenda yang mengatakan bahwa Massapi merupakan penyelamat nenek moyang mereka.
Konon, ikan Massapi pernah menyelamatkan nenek moyang suku Bugis dari kejaran penjajah Belanda di masa lalu. Diyakini membantu menyembunyikan atau menunjukkan jalan aman bagi pelarian para leluhur.
Seperti banyak mitos tentang ikan sidat di berbagai daerah Nusantara, Massapi di Bone dipercaya sebagai penjaga mata air keramat. Keberadaan ikan ini menjadi simbol kesucian dan kelestarian sumber air tersebut.
Masyarakat setempat memiliki pantangan keras menangkap, mengganggu, atau memakan Ikan Massapi yang hidup di lokasi sakral tersebut. Melanggar larangan dipercaya dapat membawa kesialan atau musibah bagi pelakunya.
Massapi juga dipercaya memiliki kekuatan supranatural dengan kemampuannya menyembuhkan penyakit kulit. Ikan sidat di mata air Lagole dianggap mistis, lendirnya berkhasiat obat.
Di era modern, kepercayaan ini memiliki bukti ilmiah yang lebih jelas. Beberapa penelitian ilmiah menunjukkan potensi lendir ikan sidat sebagai agen penyembuh luka dan antibakteri.
Keramat dan Bisa Datangkan Musibah di Ponorogo
Di Kabupaten Ponorogo, mitos ikan sidat yang paling terkenal berpusat di lokasi wisata alam yang dikenal sebagai Sungai atau Kedung Jurang Gandul. Warga lokal menyebutnya sebagai ‘Pelus’.
Pelus dianggap sebagai penunggu gaib atau jelmaan makhluk halus yang menjaga kedung, lubuk sungai yang dalam.
Pelus raksasa seringkali terlihat di kedung Jurang Gandul yang jarang ditemukan di lokasi lain. Ukuran yang besar ini menambah kesan mistis ikan sidat di daerah ini.
Masyarakat setempat melarang keras melakukan penangkapan, mengganggu apalagi menyakiti Pelus Jurang Gandul. Melanggar larangan diyakini dapat mendatangkan musibah atau kesialan bagi pelakunya.
Cerita yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa orang yang mencoba menangkap ikan di sana sering mengalami kejadian aneh, seperti hasil tangkapan yang mendadak hilang, pancing yang putus misterius, atau sakit yang tidak wajar.
Pelus menjadi simbol keramat yang dijaga oleh kepercayaan lokal, berfungsi sebagai mekanisme kearifan lokal menjaga kelestarian ekosistem sungai di daerah tersebut.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





