• Login
  • Register
Bacaini.id
Sunday, June 29, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Ekonomi Islam di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

ditulis oleh redaksi
28/07/2020
Durasi baca: 4 menit
493 37
0
Ekonomi Islam di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Ilustrasi krisis ekonomi. Foto: unsplash

Tidak terasa masa pandemi sudah memasuki bulan ke lima. Di Indonesia udah mencapai 100.000 orang yang terinfeksi virus ini. Berbagai opini, wacana dan hujatan dikemukakan. Berbagai kebijakan dan langkah pencegahan terlah di implementasikan. Berbagai untaian doa dan harapan terlah dilantunkan lagi dipanjatkan. Untuk kemananan dan kesembuhan mereka yang terkena pendemi virus corona dan semoga pandemi ini cepat diselesaikan oleh yang Maha Menyembuhkan dan Maha Menentukan.

Beragam dampak yang terjadi akibat pandemi mulai menghantui. Baik dampak positif maupu negatif. Sekian banyak dampak negatif telah di klasifikasi, dari dampak kesehatan, politik, sosial hingga ekonomi.

Namun, sekian dampak positif  yang hadir juga penting untuk dicermati.

Di masa pendemi yang melahirkan kebijakan adaptasi kebiasaan baru, nilai-nilai ekonomi Islam yang dahulu telah di ajarkan oleh Nabi dalam kehidupan sehari-hari seolah menemukan relevansinya dan “harus” kembali membumi.

Setidaknya dampak dari pendemi covid-19 ini menjadikan kita “ingat kembali” akan empat hal penting dari nilai-nilai ekonomi Islam yang telah di contohkan oleh nabi, yaitu: pertama, banyak berdoa dan berserah dari pada berkeluh kesah.

Kedua, banyak bermitra daripada berlomba-lomba. Ketiga, banyak berderma daripada berfoya-foya. Keempat, banyak diam daripada mendendam.

Banyak Berdoa daripada berkeluh-kesah

Dalam masa pendemi yang memang tidak mudah ini, kita di ajarkan untuk senantiasa berdoa dan berserah kepada yang Maha Kuasa. Sebab rejeki, kesehatan dan kemanan berasal dari pihak yang bukan kita, yaitu yang Maha Kuasa. Orang bijak bilang, “rezeki sudah ada yang mengatur” meskipun kadang tidak teratur.

Setidaknya dengan kondisi yang tidak normal ini, kita sadar dan insaf bahwa jiwa dan fisik kita sangat rentan (fragile), rapuh dan lemah.

Tidak mampu menjamin rezeki untuk diri sendiri, menjamin kesehatan untuk diri sendiri atau bahkan “mengamankan” diri sendiri.

Maka dalam kondisi ini, penting untuk senantiasa berdoa, sebab doa adalah vitamin jiwa, dan satu-satunya senjata ampuh penahan gelombang bencana.

Dalam Authentic Happiness Karya Martin Seligman (2004), dinyatakan bahwa mereka yang senantiasa menciptakan bahasa positif; baik dalam tulisan, ungkapan dan tindakan, cenderung memiliki umur lebih panjang dan memiliki jiwa yang tenang. Bukankah doa berisi bahasa positif yang berguna untuk diri kita?, maka marilah “memperpanjang umur” dengan berdoa dan berserah tinimbang dengan berkeluh kesah. Kata Nabi, Doa adalah senjata utama orang-orang yang beriman. Dengannya pula, nasib seseorang bisa di atur ulang, pada nasib yang lebih baik, meskipun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Banyak Bermitra daripada berlomba-lomba

Pelajaran besar yang dapat di ambil dari adanya pandemi salah satunya adalah pentingnya untuk bermitra dan meninggalkan jauh-jauh perilaku berlomba-lomba, dalam arti negatif.

Berlomba-lomba dalam kebajikan adalah hal positif yang perlu dilestarikan. Namun jika berlomba-lomba yang dilakukan untuk sekedar pamer (show-off) dan menampakkan kedigdayaan, hal inilah yang perlu dikikis di masa pandemi.

Pandemi meluluhlantakkan seluruh sendi dan sektor kehidupan. Masing-masing pihak tidak mampu menghadapi ujian ini dengan dirinya sendiri, namun diperlukan upaya kolektif dan kemitraan.

Penguasa membutuhkan pemuka agama, pengusaha, tenaga kesehatan dan juga solidaritas rakyat dalam penanggulangan bencana pandemi. Tidak satu pihakpun mampu untuk menyelesaikan bencana ini.

Maka dari itu, tepat jika Ibn Khuldun salah seorang sosiolog Islam tekemuka menyatakan bahwa, Manusia secara natural adalah mahluk sosial, yang saling membutuhkan antar yang satu dengan yang lain (al-insanu madaniyyun bi at-thab’i). Adapun upaya dalam meraih cita-cita luhur, dalam konteks ini merah cita-cita agar pandemi cepat berakhir, memburuhkan solidaritas dan kolektifitas bersama, dalam bahasa Ibn Khuldun adalah ashabiyyah. Tanpanya, visi dan misi adalah pepesan kosong belaka.

Banyak Berderma daripada Berfoya-foya

Nilai penting ekonomi Islam adalah kesederhanaan dalam konsumsi, tidak kikir apatah lagi berlebihan atau berfoya-foya.

Dengan adanya pandemi yang berpotensi untuk mendatangkan resesi ekonomi, hal ini semoga tidak terjadi. Maka penting untuk menjaga pola konsumsi, dan me-reset ulang ceklist kebutuhan yang selama ini telah di rencanakan. Jangan-jangan kebutuhan yang dimaksud hanyalah keinginan saja?, yang bukan dalam kategori essential goods yang diperlukan untuk bertahan hidup.

Pola konsumsi berfoya-foya dan bermegah-megah perlu di bendung, agat terhindari dari mala petaka di masa-masa sekarang ini. Gagal dalam mengatur diri, menyebabkan kita terjerembab dalam lembah kesengsaraan dan kemiskinan. Padahal kemiskinan adalah “sokoguru” segala keburukan dan kejahatan.

Selain menahan konsumsi, penting untuk berderma kepada mereka yang kurang beruntung. Sebab dengan berderma, hati akan menjadi tenan. Sebab hati kecenderungannya adalah memberi. Kata Ibnu Sina, salah seorang filosof cum ahli kesehatan menyatakan, ketenangan adalah setengah obat. Maka dengan rasa tenang dalam hati, sebenarnya kita telah berobat.

Kata Sahabat Ali, berderma adalah pencegah musibah, penghindar pancaroba. Sekaligus ia adalah bukti dari kesalehan diri, sebagaimana sabda nabi.

Banyak Diam daripada Mendendam

Diantara respon alamiah dari diri ketika menghadapi perubahan adalah kaget (shock), marah (anger) dan tidak berterima (denial). Hal inilah yang dikemukakan oleh Kubler-Ross dalam teorinya emotional responseto change (1980).

Maka wajar jika hingga kini, bahkan di awal-awal masa pandemi beberapa bulan lalu, beragam ekspresi kaget, marah dan tidak berterima terhadap pandemi nampak di depan mata via berbagai media.

Namun satu hal yang penting untuk dicermati, bahwa siapapun tidak menginginkan pandemi ini datang, dan siapapun tidak mampu untuk menolak kedatangnya.

Maka sebagaimana pepatah bijak mengatakan bahwa diam adalah emas. Diam, sembari terus berfikir untuk mencari solusi lebih baik daripada mendendam.

Alih-alih menyelesaikan masalah, mendendam justru menambah masalah sekaligus menjadikan masalah tambah runyam.

Masing-masing dari kita, baik sebagai pejabat, pemuka agama, pengusaha, pendidik hingga masyarakat harus melaksanakan kewajiban sesuai dengan peran masing-masing.

Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap kita harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukan dalam kepemimpinan itu, bahkan jika kita hanya memimpin diri kita sendiri. Begitulah sabda Nabi.

Maka dari itu, menggunakan masker, jaga jarak dan menghindari kerumunan bukan hanya persoalan receh individu untuk diri sendiri, namun juga bagian dari tugas pemimpin untuk bertanggungjawab terhadap kesehatan yang dikarunikan Allah kepada masing-masing diri.

Bukankah tidak menjaga kesehatan bermakna abai terhadap nikmat ilahi?. So please, jangan “bunuh diri” dengan “tangan sendiri”.

Penulis: Dr. Rahmad Hakim, M.MA
Sekretaris Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, UMM

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: Prodi Ekonomi SyariahUMMuniversitas muhammadyah Malah
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Apresiasi Sendratari Dewi Songgolangit  Gus Qowim: Gali Nilai Sejarah dan Perkuat Kohesi Sosial

Apresiasi Sendratari Dewi Songgolangit Gus Qowim: Gali Nilai Sejarah dan Perkuat Kohesi Sosial

Puluhan Pelaku UMKM Belajar Mempromosikan Produk Dengan Storytelling

Puluhan Pelaku UMKM Belajar Mempromosikan Produk Dengan Storytelling

Bupati Jember Sinergikan Bunga Desaku dengan BPS di Sidomulyo

Bupati Jember Sinergikan Bunga Desaku dengan BPS di Sidomulyo

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15358 shares
    Share 6143 Tweet 3840
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16585 shares
    Share 6634 Tweet 4146
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10859 shares
    Share 4344 Tweet 2715
  • Rawon Terenak di Sudut Gang Kecil Kota Blitar: Wajib Coba!

    578 shares
    Share 231 Tweet 145
  • Insiden Makan Siang Wapres Gibran di Blitar: Paspampres Halau 3 Mahasiswa

    1118 shares
    Share 447 Tweet 280

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist


Warning: array_sum() expects parameter 1 to be array, null given in /www/wwwroot/Bacaini/wp-content/plugins/jnews-social-share/class.jnews-social-background-process.php on line 112