Hingga kini vaksin Covid-19 belum ditemukan. Padahal virus ini telah bermutasi ke banyak jenis.
TULUNGAGUNG – Keputusan Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk memulai kehidupan baru (new normal lifestyle) disambut antusias warganya. Mereka tak lagi takut menghadapi virus corona dan kembali beraktivitas biasa.
Salah satu inisiator di balik keputusan itu adalah Dr. Supriyanto Sp.B., FINACS, M.Kes. Dia adalah pelaksana harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung sekaligus Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak.
Di berbagai forum masyarakat, Supriyanto getol mengkampanyekan Covid-19. Bukan menyampaikan jumlah warga yang positif, tetapi cara menghadapi virus Covid-19 agar tak menjadi teror. Menurut dia, menjelaskan virus corona dengan gamblang, termasuk cara menghadapinya jauh lebih penting dibanding mengumumkan angka penularan. Toh, Pemerintah Tulungagung sudah memiliki prosedur penanganan warga yang terjangkit secara sederhana.
Supriyanto juga mengklaim jika penularan Covid-19 di Tulungangung telah melawati masa puncak. Sehingga tak ada alasan bagi warga untuk membatasi aktivitas yang menyangkut roda perekonomian. Kuncinya, pemahaman yang utuh dan benar bagaimana menghadapi corona.
Kepada Bacaini.id, Supriyanto blak-blakan menyampaikan ide dan pemikirannya menghadapi pandemi. Tak jarang ide itu menuai protes dari sesama tenaga medis karena dianggap beresiko. Namun faktanya, sejak pandemi berlangsung Maret 2020 lalu, angka kematian akibat virus Corona di Tulungagung hanya satu orang.
Bacaini :
Apa alasan Anda mengajak warga Tulungagung kembali beraktivitas?
Supriyanto :
Covid ini tidak akan pernah hilang dari bumi. Setidaknya sampai ditemukan vaksinnya. Saat ini saja Covid-19 sudah bermutasi ke banyak jenis, sementara vaksin untuk salah satu jenis saja belum ada. Mau sampai kapan kita sembunyi dan berhenti beraktivitas. Bukan begini cara menghadapi pandemi.
Bacaini :
Apa tidak terlalu beresiko bagi masyarakat untuk kembali bekerja?
Supriyanto :
Lebih beresiko mana terserang Covid atau mati kelaparan karena tidak bekerja. WHO sudah mengatakan prosentase kematian Covid-19 itu 1,25 persen. Itu rendah sekali dibanding resiko kematian akibat sebab lain. Kalau masyarakat tidak bisa bekerja, perekonomian lumpuh, resikonya jauh lebih besar. Saya hanya berusaha menjaga agar resiko akibat dampak pandemi ini tidak lebih besar dari Covid itu sendiri.
Bacaini :
Bagaimana pengendalian Covid-19 di Tulungagung?
Supriyanto :
Begini, ada yang keliru di benak para kepala daerah yang menjadi ketua gugus tugas dalam menangani Covid-19. Semuanya terjebak pada pengendalian jumlah PDP (pasien dalam pengawasan) dan positif. Sehingga ketika jumlahnya tinggi, semua aktivitas diperketat agar turun dan berharap menjadi zona hijau.
Kalau kami tidak peduli dengan angka-angka itu. Bahkan prosedur di rumah sakit kami tegas, seluruh pasien yang masuk ke ruang IGD akan diterapkan standar PDP. Jangan kaget kalau jumlah PDP di Tulungagung sangat tinggi. Kenapa? Karena kami sangat berhati-hati dalam mengantisipasi pasien. Masuk langsung PDP. Jika kemudian negatif Alhamdulillah.
Bacaini :
Anda tidak masalah dengan jumlah PDP yang tinggi?
Supriyanto :
Apa masalahnya dengan status PDP. Kalau dalam perkembangannya negatif kan turun lagi. PDP boleh tinggi, yang penting tingkat kesakitan dan kematiannya bisa ditekan. Dengan mem-PDP-kan seseorang, kami berusaha maksimal untuk mencegah dia positif. Kalau kami lengah, dia bisa positif dan terlambat mendapat penanganan. Hasilnya berdampak pada kematian.
Bacaini :
Cara itu berhasil?
Supriyanto :
Silahkan dicek data kami. Jumlah PDP tinggi tetapi kematian hanya satu kasus saja. Dan kami sudah melewati fase puncak pada tanggal 18 Juni kemarin. Sejak itu jumlah penemuannya terus turun.
Bacaini :
Apa kesiapan menghadapi new normal?
Supriyanto :
Beri pemahaman masyarakat apa itu Covid dan cara menangkalnya. Yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan selalu jaga jarak. Jika pemahaman ini sudah melekat di pikiran tiap-tiap orang, silahkan mau beraktivitas apa saja. Roda perekonomian harus berjalan.
Bacaini :
Bagaimana jika kemudian ditemukan kasus?
Supriyanto :
Covid itu obatnya mudah, isolasi. Jika ada yang merasakan tidak enak badan, segera periksa ke Puskesmas. Seluruh Puskesmas dan rumah sakit kami sudah memiliki kemampuan mendeteksi Covid-19. Jika ada yang positif cukup isolasi. Kami sudah menyediakan tempat isolasi dengan kapasitas besar. Setelah sembuh silahkan kembali ke rumah untuk bekerja. (*)