Ringkasan Berita
- Negeri Seribu Megalit menyimpan situs-situs kuno masa prasejarah
- Kalamba menjadi salah satu misteri batu sumur raksasa
Bacaini.ID, KEDIRI – Negeri Seribu Megalit merupakan julukan kepada daerah di Indonesia yang menyimpan harta karun prasejarah berupa peninggalan megalitik berusia ribuan tahun.
Julukan itu disematkan kepada Sulawesi Tengah. Kawasan Negeri Seribu Megalit diketahui terpusat di Taman Nasional Lore Lindu, yang membentang di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.
Adapun luasnya lebih dari 200.000 hektar. Situs-situs purbakala ini diperkirakan berasal dari masa 2.000 hingga 5.000 tahun sebelum Masehi. Menjadikannya salah satu pusat megalitik tertua di Asia Tenggara, bahkan lebih tua dari Candi Borobudur.
Di antara ratusan artefak, yang paling menarik adalah kalamba, batu-batu andesit raksasa berbentuk silindris atau bulat dengan lubang tengah menyerupai sumur dalam.
Kalamba ini, dengan diameter hingga 4 meter dan tinggi 1-2 meter, diduga berfungsi sebagai wadah kubur tempayan, pemakaman sekunder untuk menyimpan tulang leluhur, atau tangki air suci untuk ritual animisme masyarakat kuno.
Total temuan di kawasan ini mencapai 1.466 artefak di 83 situs, termasuk patung manusia, menhir, dan dolmen, yang mencerminkan kepercayaan spiritual suku-suku asli seperti Bada, Napu, dan Besoa.
Lembah Bada: Jantung Misteri Kalamba
Lembah Bada di Kabupaten Poso menjadi ikon utama dengan sekitar 186 artefak megalitik tersebar di 35 situs, di mana sekitar 50 kalamba mendominasi pemandangan.
Berlokasi di Kecamatan Lore Utara, lembah ini berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), dikelilingi pegunungan hijau dan rumah adat suku Bada.
Kalamba di sini berbentuk tangki batu melingkar yang kokoh, dengan lubang tengah seperti sumur untuk menyimpan jenazah atau air ritual, beberapa masih utuh, sementara yang lain rusak akibat erosi alam.
Salah satu patung terkenal, Watu Palindo, berdiri setinggi 4 meter dengan wajah ceria yang konon ‘menghibur’ pengunjung.
Penelitian pertama dilakukan oleh Adriani dan Kruyt pada 1898, mengonfirmasi usia kalamba sekitar 3.000 SM.
Akses ke lembah ini memakan waktu 3-4 jam dari Kota Poso dengan kendaraan 4WD, melalui jalan berbukit yang menantang.
Sinyal ponsel minim, tapi pemandangan lembah yang subur dan kesempatan trekking membuatnya ideal untuk wisata petualang.
Lembah Napu: Padang Rumput Penuh Ritual Kuno
Bersebelahan dengan Lembah Bada, Lembah Napu juga di Kabupaten Poso menawarkan puluhan kalamba dan patung batu berbentuk manusia atau hewan, tersebar di padang rumput terbuka pada ketinggian 700-1.000 mdpl.
Kalamba di lembah ini cenderung berukuran besar, dengan diameter 1-2 meter dan lubang tengah yang dalam, ditempatkan secara strategis untuk upacara pemakaman suku Napu kuno.
Total artefak di lembah ini dan sekitarnya mencapai ratusan, menjadikannya bagian integral dari TN Lore Lindu.
Lokasinya mudah dijangkau dalam 4-5 jam dari Poso, sering dikombinasikan dengan kunjungan ke air terjun dan spot bird watching.
Fungsi ritual kalamba di sini menekankan pemindahan tulang leluhur, sebuah tradisi yang masih membekas dalam cerita lisan masyarakat setempat.
Lembah Besoa: Situs Kubur Tertua dengan Kalamba Setengah Jadi
Lebih ke selatan, Lembah Besoa di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, menyimpan kalamba berbentuk bulat dengan lubang tengah yang khas, seperti di situs Bulu Tuare dan Bulu Tile.
Kalamba ini memiliki tinggi 84-180 cm dan diameter 130-200 cm, beberapa miring atau bahkan setengah jadi, bakal kalamba, menandakan proses pembuatan yang terhenti.
Penemuan di situs Wineki mengungkap tulang manusia berusia 2.351-1.416 SM, membuktikan kalamba sebagai kubur tempayan batu tertua di Indonesia.
Berlokasi pada ketinggian 730 mdpl, akses dari Poso memakan 5 jam melalui hutan dan bukit, cocok untuk hiking dengan panduan lokal.
Kawasan ini menyoroti peradaban Besoa kuno yang mengandalkan batu andesit dari sungai terdekat.
Kulawi dan Gimpu: Gerbang Mudah dari Palu
Di sisi Kabupaten Sigi, daerah Kulawi dan Gimpu melengkapi kekayaan TN Lore Lindu dengan kalamba yang berfungsi sebagai ‘sumur ritual’ di sekitar Danau Lindu.
Kulawi, yang lebih dekat dengan Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, hanya berjarak 2-3 jam perjalanan darat, sementara Gimpu berada di perbatasan Poso-Sigi.
Di sini, kalamba bervariasi bentuknya, sering ditemani 19 jenis megalitik lainnya, dengan usia mencapai 1.300-5.000 SM.
Kawasan ini lebih mudah diakses untuk wisatawan, dengan jalur yang relatif landai dan pemandangan danau yang memukau.
Peninggalan-peninggalan ini bukan hanya batu raksasa, tapi saksi bisu kehidupan spiritual masyarakat prasejarah yang menghormati alam dan leluhur.
Saat ini, TN Lore Lindu dilindungi sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Poso, dengan rencana zonasi untuk wisata berkelanjutan.
Pengunjung disarankan mengurus izin, menggunakan pemandu lokal, dan menghindari kerusakan, beberapa patung pernah jadi korban vandalisme.
Kawasan ini bahkan diusulkan sebagai Warisan Dunia UNESCO berkat keunikan dan usianya. Untuk petualangan ke masa lalu, Sulawesi Tengah menanti dengan misteri kalamba yang tak terlupakan.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif