Bacaini.id, KEDIRI – Kasus Tuberkulosis (TBC), kini tengah menjadi perhatian pemerintah. Mengingat, Indonesia berada di posisi kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak sedunia.
Menindaklanjuti kasus tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri bersama Yayasan SSR Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) Kabupaten Kediri terus berkomitmen untuk meningkatkan deteksi kasus baru TBC di Kabupaten Kediri.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Retno Handayani mengatakan, pencegahan dan penanganan kasus TBC tidak akan tercapai jika hanya ditangani sendiri oleh Dinkes Kabupaten Kediri.
“Maka dari itu kami bekerja sama dengan Yayasan SSR YABHYSA dalam penemuan kontak erat TBC. Karena penularannya sangat cepat, satu orang bisa menulari 10 sampai 15 orang. Jadi butuh dilakukan tracing, dilacak, serta investigasi,” kata Retno, Rabu, 13 Desember 2023.
Data Dinkes Kabupaten Kediri per 12 Desember 2023, lanjut Retno, tercatat sebanyak 2.359 kasus positif TBC dengan estimasi kasus 2.921. Namun dari jumlah tersebut hanya 74 persen yang tercatat menjalani proses pengobatan dengan persentase sembuh 88,5 persen.
“Sisanya belum sembuh dengan berbagai faktor, kebanyakan Multi Drug Resistant (MDR), seperti putus minum obat atau tidak meneruskan berobat ke rumah sakit,” imbuhnya.
Sementara itu, koordinator program SSR YABHYSA peduli TBC Kabupaten Kediri Sri Astutik mengatakan, kolaborasi bersama Dinkes Kabupaten Kediri ini diharapkan menjadi ruang bagi masyarakat untuk memahami TBC sebagai penyakit yang dapat disembuhkan.
“Selain itu juga menghilangkan presepsi negatif terhadap pengidap TBC. Banyak anggapan TBC itu aib, penyakit keturunan. Artinya masyarakat butuh pemahaman lebih terkait TBC ini sendiri,” jelas Sri Astutik.
Menurutnya, SSR YABHYSA menerjunkan para relawan untuk melakukan pendekatan, sosialisasi, memberikan pengarahan kepada masyarakat terkait penyakit TBC. Khusunya agar mereka tidak menjauhi penderita TBC dan pentingnya pengobatan medis.
Lebih dari itu, SSR YABHYSA juga melakukan koordinasi dengan puskesmas atau klinik kesehatan untuk mencatat jumlah penderita TBC yang telah melakukan pemeriksaan dan pengobatan medis.
“Kalau ada keluarga yang menderita TBC segera dibawa berobat, diperiksakan ke puskesmas atau klinik. Kami juga telah berkoordinasi dengan puskesmas dan klinik di daerah untuk melakukan pendataan,” tandasnya.
Penulis: AK.Jatmiko
Editor: Novira