Bacaini.id, MALANG – Buntut tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan korban jiwa, Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat dicopot dari jabatannya. Keputusan tersebut juga telah resmi disampaikan atas nama Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Kadiv Humas Polri, Irien Pol Dedi Prasetyo mengatakan, keputusan tersebut sudah resmi disampaikan dalam surat telegram dengan nomor ST/20/98/IX/2022 yang diputuskan Kapolri.
”Malam ini Bapak Kapolri memutuskan untuk mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dan akan dimutasi sebagai Pamen SSDM Polri,” ungkap Irjen Pol Dedi saat konferensi pers di Mapolres Malang, Senin, 3 Oktober 2022.
Selanjutnya posisi Kapolres Malang diserahkan kepada AKBP Putu Cholis Arya yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, Polda Metro Jaya.
Sebelumnya, Kadiv Humas juga menyampaikan bahwa Bareskrim Polri telah memeriksa 18 orang terkait pertanggungjawaban pemegang senjata pelontar gas air mata. Materi yang diperiksa berkaitan dengan urgensi penembakan gas air mata dan siapa yang memberikan instruksi.
”Pendalaman dilakukan terkait seberapa tinggi tingkat eskalase yang terjadi di lapangan, lalu, koordinasinya seperti apa. Saat ini tim masih terus bekerja,” pungkasnya.
Komnas HAM Kawal Dugaan Kekerasan Aparat Dalam Tragedi Kanjuruhan
Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 setidaknya telah merenggut 125 nyawa suporter Aremania. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) pun turun tangan untuk menyelidiki penyebab utama insiden tersebut.
Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Choirul Anam mengatakan bahwa pihaknya telah mengantongi sejumlah bukti. Mulai dari rekaman video hingga keterangan sejumlah saksi.
“Kami akan mendalami fakta apapun yang terjadi di Kanjuruhan, termasuk penggunaan gas air mata secara objektif. Kami sudah terjunkan tim,” ungkap Choirul dalam konferensi pers, Senin, 3 Oktober 2022.
Dalam penyelidikan nanti pihaknya juga akan menggali keterangan dari aparat kepolisian dan TNI. Selain itu terhadap pemain Arema FC yang juga mengetahui apa yang dilakukan suporter malam itu.
Choirul juga mengungkap, dari sejumlah bukti ditemukan adanya unsur indikasi kekerasan juga penembakan gas air mata yang sudah beredar luas. Menurutnya, ada dugaan pelanggaran HAM dan penyalahgunaan wewenang dalam peristiwa tersebut.
”Kami minta semua pihak bisa transparan karena ini sudah jadi sorotan dunia. Masak orang jalan di pinggir lapangan ditendang, pakai tendangan kungfu. Semua sudah lihat itu,” bebernya.
Tak hanya itu, Komnas HAM juga tengah mendalami dugaan adanya pintu gate yang ditutup saat gas air mata dilepaskan. Dugaan ini, sesuai bukti video, juga menjadi penyebab utama tewasnya ratusan korban.
Pihaknya akan melakukan analisis anatomi stadion. Dari anatomi ini bisa ditentukan seperti apa kejadian yang sebenarnya. Selain itu penyelidikan juga akan dilakukan dengan melihat karakter luka pada korban. Hal ini juga akan menjadi petunjuk kuat.
“Dari anatomi stadion kita bisa tahu, Misalnya apakah dari sekian pintu yang ada, hanya ada dua pintu yang dibuka, lalu apakah penyebab utamanya dari gas air mata atau hal yang lain. Hasilnya bisa kami temukan dari analisis anatomi stadion dan melihat luka korban,” jelasnya.
Lebih lanjut, Komnas HAM berharap kejelasan peristiwa ini bisa terungkap tuntas. Mengingat peristiwa ini mendapat sorotan dunia karena sepak bola Indonesia kembali diwarnai insiden tragis sampai menewaskan ratusan orang.
“Semoga peristiwa ini dapat terang benderang. Aremania pernah menjadi suporter terbaik di Indonesia dan tragedi ini jangan sampai terulang lagi,” tandasnya.
Penulis: A.Ulul
Editor: Novira