KEDIRI – Pandemi Covid-19 yang berlangsung membuka pintu rejeki penjual bunga. Tak disangka-sangka, permintaan bunga justru naik di saat perekonomian tengah lesu.
Entah karena hobi atau kebutuhan, peminat bunga hias di Kota Kediri mendadak ramai. Sejumlah pengusaha bahkan banting setir menjadi pembudidaya bunga karena ramainya permintaan.
Salah satunya adalah Sri, pemilik katering Sri Rejeki di Bendon Gang II Banjaran Kota Kediri. Sejak pandemi melumpuhkan usaha pembuatan kue dan katering, Sri memilih membudidaya bunga. “Saya mengembangkan Agloinema Bidadari,” kata Sri kepada Bacaini, Sabtu 15 Agustus 2020.
Budidaya itu berawal dari pemberian satu pot bunga Agloinema dari temannya di Trenggalek. Ketika tumbuh subur di halaman rumahnya, Sri melakukan pembiakan di pot-pot kecil. Hasilnya, bunga tersebut beranak pinak dan memenuhi halamannya.
Sri memutuskan menjual bunganya setelah mengetahui permintaan bunga hias meningkat. Apalagi jenis yang dia tanam cukup digemari dengan harga jual bagus. “Satu pot ukuran sedang dengan jumlah daun 10 lembar saya jual lima puluh ribu saja,” katanya.
Harga itu terbilang sangat murah untuk bunga yang sedang dicari. Di tingkat pedagang bunga, Agloinema Bidadari dengan ukuran dan daun tertentu mencapai ratusan ribu rupiah.
Kini bunga-bunga itulah yang membantu perekonomiannya di tengah pandemi berkepanjangan. Sebab selama wabah terjadi dan pemerintah melarang semua bentuk resepsi, bisnis katering yang ia rintis sejak puluhan tahun silam lumpuh total.
Selain Sri, penjual bunga hias yang sudah lebih dulu merintis usaha tersebut kebanjiran rejeki. Hampir seluruh tempat penjualan bunga di Kediri tak ada yang sepi. Sejak dibuka pagi hingga sore hari, lapak mereka selalu ramai.
Efek Pandemi
Trendingnya memelihara bunga ini masih dinilai wajar oleh Rahmansyah, praktisi dan pengamat tanaman hias. Terlalu lama di rumah akibat pandemi, menurut Rahman, memicu warga untuk mencari aktivitas. Salah satunya memelihara bunga.
“Ini masih bentuk pelarian saja karena terlalu lama di rumah. Sebab hampir semua jenis bunga dicari. Kalau spekulan biasanya hanya di jenis tertentu, seperti gelombang cinta yang pernah booming,” katanya.
Rahman mengatakan, memburu bunga sama seperti bersepeda atau merawat ikan yang sedang trending belakangan ini. Hobi ini muncul sebagai efek dari pandemi yang berkepanjangan. Dan yang diuntungkan dari kondisi ini memang para produsen dan pedagang yang terlibat di dalamnya.
Khusus untuk penghobi bunga, Rahman mengingatkan agar tak sekedar menanam, tetapi mempelajari teknik perawatannya. Pergantian musim seperti ini cukup menjadi ancaman bagi bunga yang memiliki ketahanan rentan. Selain munculnya beragam hama seperti jamur dan cabuk.
Sebagai tips, hama jamur yang muncul di musim lembab cukup diatasi dengan cara sederhana. Kita bisa memanfaatkan detergent yang ada di rumah sebagai bahan semprot. Dengan takaran yang cukup, cairan detergent akan membasmi jamur yang menempel di daun, bunga, atau batang. “Jika dibiarkan bisa mengancam kelangsungan tanaman,” kata Rahman. (HTW)