Pandemi corona yang terjadi di Indonesia mulai mengancam ketahanan pangan masyarakat. Warga diminta melakukan budidaya tanaman hidroponik untuk memenuhi konsumsi keluarga.
Meski banyak beredar video tentang tanaman hidroponik di media sosial, namun tak banyak yang mengetahui seluk beluk budidaya ini.
Hidroponik merupakan suatu teknik budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tanam. Media air dinilai kaya akan berbagai nutrien yang ditempatkan di dalam greenhouse untuk mencegah serangan hama, penyakit, dan bahan kimia yang tidak terkontrol.
Dilansir dari situs resmi Institut Pertanian Bogor, sistem hidroponik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran 30-50% lebih cepat dibandingkan dengan teknik pertanian konvensional. Sehingga sayuran yang diproduksi akan unggul dari segi kuantitas serta kualitas.
Beberapa komoditas yang biasa ditanam adalah sayuran daun dan buah seperti bayam, kangkung, selada, pakchoy, endives, caisin, kailan, hingga melon.
Salah satu sistem hidroponik yang dianggap paling unggul adalah hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) dan weak system. Hidroponik NFT merupakan metode budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada aliran air (nutrien) yang tipis dan dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Perakaran berkembang dengan baik di dalam larutan nutrisi sehingga mendukung dalam proses pertumbuhan tanaman. Pengontrolan terhadap nutrisi tanaman dilakukan setiap hari berupa pengecekan EC dan pH.
Selain NFT, weak system dikembangkan sebagai media belajar jika ingin mencoba hidroponik tanaman sayuran skala rumah tangga. Weak system tidak menggunakan sistem irigasi, namun membiarkan air dalam kondisi tenang. (*)