Bacaini.ID, KEDIRI – Masyarakat Lampung, Sumatera khususnya di kawasan pesisir, memiliki budaya Lempar selendang. Sebuah tradisi mencari jodoh bagi muli mekhanai.
Muli mekhanai adalah bahasa lokal yang merujuk pada kata pemuda-pemudi. Budaya lempar selendang ini dikenal sebagai ‘ningkok’.
Tradisi ini masih terus dijalankan oleh masyarakat Lampung Pesisir meskipun terdapat pergeseran budaya menyesuaikan zaman dalam ritualnya.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ibrah mengenai tradisi lempar selendang, ningkok diselenggarakan sebagai bagian dari upacara pernikahan.
Lazimnya digelar setelah acara pernikahan selesai dan menjadi agenda wajib secara adat.
Jika acara pernikahan pada hari tersebut belum selesai karena berbagai hal, misalnya terdapat pesta pertunjukan atau lainnya, ningkok akan digelar pada hari selanjutnya.
Ningkok dilaksanakan di waktu malam setelah magrib dan biasanya selesai hingga larut malam.
Ritual Lempar Selendang Muli Mekhanai
Lempar selendang ini dilakukan oleh muda-mudi yang hadir dan saling duduk berhadapan.
Dua selendang disiapkan untuk muli dan mekhanai. Di awal acara, dipilih sepasang muli mekhanai untuk dipakaikan selendang yang akan mereka kalungkan pada lawan jenis yang mereka pilih.
Pemilihan pasangan dengan mengalungkan selendang ini dilakukan sepanjang musik pengiring beralun.
Jika musik berhenti, pasangan muli mekhanai yang mendapatkan selendang terakhir, maju menghadap Kepala Suku atau Kepala Desa untuk mendapatkan ‘hukuman’.
Hukuman yang telah disiapkan sebelumnya adalah berbagai kegiatan atau penampilan menarik untuk menghibur seluruh yang berhadir di acara tersebut.
Setelah proses ‘hukuman’ selesai dijalankan, maka selendang dikalungkan kembali secara bergilir mengikuti irama musik seperti sebelumnya.
Pergeseran Budaya dalam Tradisi Ningkok
Pada awalnya, ningkok dilakukan dengan alunan musik tradisional dari gong dan rebana.
Namun, alunan musik ini tergantikan dengan musik remik khas Lampung masa kini, house music.
Musik diputar melalui DVD/VCD Player yang dihubungkan dengan speaker.
Makna Ritual Lempar Selendang
Ritual ini bertujuan untuk mempererat tali silahturahim, mengumpulkan semangat, dan kebahagiaan bagi muda-mudi yang belum memiliki pasangan atau belum menikah.
Bahkan acara ini bisa menjadi ajang ta’arruf, perkenalan maupun perjodohan.
Selain sebagai hiburan, tradisi ini memiliki makna mendalam.
Lempar selendang menjadi wadah bagi muli mekhanai untuk melatih keterampilan berbicara, membangun rasa percaya diri, memperluas jaringan pertemanan, dan memperkenalkan budaya Lampung kepada masyarakat luas.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif