Bacaini.ID, KEDIRI – Media sosial sedang ramai memperbincangkan fenomena ‘brain drain’.
Apa itu? Keinginan dan ajakan untuk tinggal dan mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain.
Dalam Cambridge Dictionary, brain drain diartikan sebagai situasi di mana banyak orang berpendidikan dan berkeahlian yang meninggalkan negara mereka.
Mereka angkat kaki untuk tinggal dan bekerja di negara lain yang menawarkan gaji lebih layak dan lingkungan yang lebih baik.
Tagar #KaburAjaDulu sempat jadi trending topic beberapa waktu lalu di media sosial.
Perbincangan mengenai negara mana saja yang jadi tujuan terus dibahas hingga kini.
Diaspora Indonesia di berbagai negara membagikan insight mereka mengenai negara yang mereka tinggali.
Dan ini disambut antusias oleh orang-orang muda Indonesia yang berencana mencari peluang menetap di luar negeri.
Fenomena brain drain ini terjadi karena beberapa sebab. National Institute of Health mengungkapkan sejumlah alasan.
Peluang lebih baik
Keinginan untuk pindah negara dipicu oleh pandangan bahwa negara lain memberi peluang kerja yang lebih baik.
Gaji besar, kondisi sosial politik negara asal yang dianggap tidak stabil, mencari lingkungan yang lebih sehat dan lainnya.
Teknologi yang lebih baik
Keinginan berpindah negara juga bisa didasari oleh kebutuhan akan akses teknologi tinggi.
Tinggal di negara maju memberi banyak peluang seseorang untuk berkembang maksimal dan lebih dihargai keahlian dan prestasinya.
Stabilitas politik
Ini yang seringkali menjadi alasan utama terjadinya brain drain. Kondisi politik negara yang tidak stabil dan ketidakpastian.
Kehilangan generasi dengan kualitas tinggi bagi sebuah negara pasti akan menimbulkan efek jangka panjang.
Di antaranya:
Hilangnya sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk kemajuan sebuah negara. Hilangnya orang-orang berkualitas dari negara, menimbulkan efek jangka panjang yang serius.
Negara tanpa orang-orang pandai dan ahli, berpotensi menimbulkan kebangkrutan, kemunduran pembangunan mental dan fisik lantaran kalah bersaing dengan bangsa lain.
Dampak pada sistem kesehatan dan pendidikan
Pengurasan sumber daya manusia (brain drain) dan eksodus sumber daya manusia seringkali berdampak besar pada negara-negara berkembang.
Hal ini meninggalkan kekosongan yang sulit untuk diisi karena tidak banyak orang dengan keterampilan serupa yang dapat mengisi bidang tersebut.
Hilangnya pendapatan pajak dapat mengakibatkan pajak yang lebih tinggi untuk menutupi kekurangan.
Dampak turunannya adalah warga negara berpotensi sulit mengakses sumber daya berkualitas seperti pendidikan dan layanan kesehatan, dan tentu akan memengaruhi kualitas hidup mereka.
Di Indonesia, fenomena brain drain pernah terjadi pada tahun 60’an ketika kondisi politik Indonesia mengalami perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru.
Para pelajar yang menimba ilmu di negara lain, terutama Rusia, akhirnya memilih untuk menetap dan berkarir di negara tersebut sebagai eksil.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif