Bacaini.id, BANGKALAN – Orang Madura punya banyak cara mengekspresikan rasa cintanya pada Nabi Muhammad SAW. Setiap tanggal 12 Robiul Awal, mereka menggelar tradisi molodhen atau Maulid Nabi untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW.
Tahun ini peringatan hari kelahiran Nabi yang menjadi junjungan bagi umat Islam itu, jatuh tepat pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Sesuai tradisi, masyarakat Madura merayakan Maulid Nabi secara berjamaah di masjid maupun mushala setempat dan ada juga yang menggelar secara personal.
Maulid Nabi ini sering mereka sebut dengan ‘tellasan buah’ atau hari raya buah. Kegiatan ini juga menghadirkan anak-anak kecil dan bahkan mereka akan memilih untuk duduk di barisan paling depan.
Bukan tanpa alasan, karena setelah membaca doa bersama yang dipimpin oleh seorang kiai, acara dilanjutkan dengan tradisi berebut buah-buahan. Anak-anak ini selalu antusias untuk bisa mendapat buah yang mereka sukai dan bahkan sudah mereka incar sejak pertama kali datang.
Anak-anak selalu semangat untuk mendapat buah kesukannya meski harus berebut. Aksi mereka membuat warga yang lain merasa terhibur sekaligus mengundang gelak tawa. Meski harus berebut mereka tidak pernah marah apalagi sampai bertengkar satu sama lain.
Selain berebut buah yang dihidangkan tuan rumah, ada juga tradisi bagi-bagi uang. Tuan rumah akan membagikan uang mulai dari pecahan Rp5.000 hingga Rp20.000 kepada masing-masing tamu yang datang pada saat pembacaan sholawat atau srokalan berlangsung.
Tradisi ini biasanya dimulai sejak pagi dengan berkeliling dan mendatangi rumah warga yang mengadakan molodhen. Seperti yang dilakukan warga Desa Galis, Kecamatan Galis, Bangkalan. Ada sekitar 30 orang warga yang sudah mulai keliling kampung sejak pukul 06.00 WIB.
Salah satu warga Desa Galis, Mulyadi menyatakan, sejak dia masih kecil, tradisi molodhen sudah ada. Berebut buah-buahan dan bagi-bagi uang sudah menjadi tradisi dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.
“Tradisi ini saya tahu sejak kecil, keliling kerumah-rumah warga yang mengadakan molodhen. Puncaknya saat rebutan buah, hasilnya ada yang sampai satu karung,” kata Mulyadi yang mengadakan Maulid Nabi di rumahnya, Sabtu, 8 Oktober 2022.
Menurutnya, tradisi rebutan buah hanya sekedar simbolis, karena makna sebenarnya adalah berlomba-lomba merebut berkah disetiap buah yang sudah didoakan serta dibacakan sholawat.
“Sebenarnya yang direbut masyarakat itu bukan buahnya, melainkan barokah dari buah yang sudah didoakan dengan bacaan sholawat. Harapannya bisa mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya.
Penulis: Rusdi
Editor: Novira