Bacaini.ID, BLITAR – Saat berjabat tangan, pemuda itu memperkenalkan diri bernama Hendri. Lengkapnya Hendri Hendika.
“Dari Belitar Seberang,” katanya sembari menundukkan kepala.
Desa Belitar Seberang berada di Pulau Sumatera. Tepatnya di wilayah Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu.
Bung Karno pada masa pra kemerdekaan pernah diasingkan ke Bengkulu. Bertemu Fatmawati dan jatuh hati.
Bengkulu tempat yang jauh. Butuh waktu 40 jam untuk sampai di Kota Blitar Jawa Timur. Sebelum ada jalur tol perjalanan darat memakan waktu 5 hari.
Hendri pengelola desa wisata. Ketua Pokdarwis Desa Belitar Seberang. Orang-orang yang bekerja keras mengembangan potensi wisata di desanya.
Melalui wisata berharap desa bisa maju. Ekonomi kerakyatan (UMKM) lebih hidup dan berkembang.
Pada tahun 2022 Menteri Sandiaga Uno datang jauh-jauh dari Jakarta. Mengunjungi air terjun Trisakti Tri Muara Karang dan pemandian alam Sudamala yang rupawan.
Kemudian memberi penghargaan Desa Belitar Seberang Bengkulu sebagai juara runner up desa wisata nasional.
Duduk bersandar di kursi panjang, Hendri menikmati suasana malam Kota Proklamator Soekarno. Hujan baru saja reda.
“Kerasan di Blitar, seperti di kampung halaman sendiri,” ucapnya sembari ketawa.
Sudah dua malam Hendri menginap di Rumah Badut Kreatif (RBK) lingkungan Badut, Kelurahan Tanggung Kota Blitar.
RBK tempat singgah yang nyaman. Berarsitektur jawa tengahan, pendopo RBK cukup luas untuk bersantai: ngopi, diskusi, leyeh-leyeh.
Ada buku-buku di sudut ruangan. Ada Soekarno, Pangeran Diponegoro dan Samin Surosentiko dalam bentuk foto dan lukisan menghiasi ruangan.
Ada suguhan kudapan (ketela goreng), pisang barlin dan kopi nusantara. Untuk kopi nyaris tidak pernah telat.
Andi Yuwono Katib empunya RBK yang juga Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) rajin meroasting biji-biji kopi.
Ada juga kamar untuk melepas penat tanpa khawatir mengusik aktifitas tuan rumah. Semua serba gratis dan nyaman.
Andi Katib memang meniatkan RBK untuk semua orang: kawan, kolega, komunitas yang kebetulan berkunjung ke Kota Blitar.
Meski sebentar, Mikail Israfil atau Mike, vokalis band aliran punk Marjinal juga pernah singgah. Ngopi dan ngobrol.
Saat itu band punk Marjinal hendak perform di acara pengajian majelis Sabilu Taubah, kolaborasi dengan Gus Iqdam.
“Jadi gak pingin balik ke Bengkulu,” seloroh Hendri dengan senyum-senyum.
Pemetik kopi Inggris
Desa Belitar Seberang di Provinsi Bengkulu memiliki luas lahan sekitar 635 hektar. Secara statistik berpenduduk sebanyak 1.100 jiwa.
Berada di kaki bukit Gunung Kaba, rata-rata warga bermata pencaharian petani kopi, tani sayuran, penyadap aren untuk gula maupun nira.
Menurut Hendri, DNA penduduk Belitar Seberang berasal dari Blitar Jawa Timur, khususnya Desa Penataran, Sawentar dan Simping.
“Makanya desa kami juga bernama Belitar Seberang,” kata Hendri yang terhitung merupakan generasi keempat.
Nenek moyang warga Desa Belitar Seberang Bengkulu adalah para pemetik kopi. Sebelum menjejakkan kaki di Bengkulu, mereka bekerja di perkebunan kopi lereng Gunung Kelud.
Bekerja untuk perusahaan milik Inggris di Hindia Belanda. Pada tahun 1929 hingga 1932 sebanyak 20-an KK dibawa perusahaan ke Bengkulu.
Orang-orang Blitar Jawa Timur ini diperintah membuka lahan perkebunan baru. Memulai penanaman kopi di ketinggian lahan 800 mdpl.
Sejak itu mereka tidak kembali lagi ke Jawa. Dari 20-an KK berkembang, beranak pinak dan memutuskan menetap di tempat yang kemudian dinamai Belitar Seberang.
“Pohon kopi yang ditanam saat pertama kali mereka tiba di Bengkulu, sampai sekarang masih ada,” tutur Hendri.
Bung Karno kaget
Pada tahun 1938 Bung Karno menjalani pengasingan di Bengkulu setelah sebelumnya dibuang ke Ende, Flores.
Soekarno yang dekat dengan keluarga Hasan Din (ayah Fatmawati), tokoh Muhamadiyah Bengkulu diketahui gemar jalan-jalan.
Mengenali lingkungan alam sekitar dan manusia Bengkulu. Suatu hari saat jalan-jalan Soekarno sampai di desa Belitar Seberang.
Bung Karno konon kaget. Desa Belitar Seberang mengingatkannya pada Blitar Jawa Timur. Tempat orang tuanya tinggal.
Tempat Soekarmini, kakak kandungnya berumah di Ndalem Gebang. Bung Karno semakin kaget begitu tahu cara bertutur kata penduduk Belitar Seberang.
Mulai diksi yang dipakai hingga dialek sama persis dengan orang-orang Blitar di Jawa Timur.
“Cerita orang-orang tua, Bung Karno sangat gembira begitu tahu penduduk Belitar Seberang memang berasal dari Blitar Jawa Timur,” terang Hendri.
Menurut Hendri, hampir 90 persen lebih warga Belitar Seberang hingga kini tetap murni Blitar Jawa Timur.
Mulai cara komunikasi, bahasa yang digunakan hingga logat, semuanya persis sama dengan masyarakat Blitar Jawa Timur.
Begitu juga dengan kebudayaan di desa, dari tradisi gotong royong, sambatan, nama makanan, bentuk rumah, hingga kesenian (jaranan). Semuanya Blitar.
“Itu yang membuat kami lebih terlihat sebagai orang Jawa (Blitar) ketimbang Sumatera (Bengkulu),” tutur Hendri.
Berawal dari Andi Katib dengan rombongan Asidewi yang ‘terdampar’ di Bengkulu karena pandemi Covid-19 tahun 2021.
Warga Desa Belitar Seberang akhirnya memutuskan melacak silsilah di Blitar Jawa Timur. Mencari sanak keluarga yang bertahun-tahun tidak ketemu.
Pada tahun 2023 sejumlah warga Desa Belitar Seberang Bengkulu diterima Bupati Blitar Rini Syarifah (2020-2025) di pendopo kabupaten.
Pencarian jejak leluhur di Blitar Jawa Timur itu membuahkan hasil. Sebagian besar bertemu sanak kerabatnya.
“Komunikasi antar keluarga agar tidak kepaten obor itu berlanjut sampai sekarang. Jadi kami di Blitar ini rasanya seperti pulang ke rumah sendiri,” pungkas Hendri.
Penulis: Solichan Arif