KEDIRI – Sejumlah wartawan dan remaja Masjid Al-Khalid Kediri mengikuti pelatihan membuat video menggunakan telepon genggam. Pertumbuhan media informasi digital memaksa para jurnalis memproduksi video dengan menarik.
Pelatihan pembuatan video ini digelar oleh Bacaini.id kepada wartawan yang bertugas di Kediri. Belasan wartawan dari berbagai media massa mengikuti pelatihan yang diajarkan Rahmansyah, jurnalis Metro TV.
“Kami menyadari bahwa kian hari beban kerja jurnalis terus bertambah. Jika dulu hanya dibebani menulis dan memotret, kini harus bisa membuat video,” kata Hari Tri Wasono, CEO Bacaini.id kepada peserta pelatihan di lantai I kantor Redaksi Bacaini.id, Jumat 29 Januari 2021.
Ironisnya, tak semua perusahaan media memberikan pelatihan pembuatan video kepada wartawannya. Hal ini berdampak pada kurang menariknya produk video yang dibuat, dengan mengabaikan teknik dasar pengambilan gambar bergerak.
Dalam pelatihan tersebut, Rahmansyah mengenalkan ukuran gambar, gerak, kontinyuitas, dan sekuen (urutan kejadian suatu cerita). Teori itu sangat dasar dan wajib diketahui video jurnalis dalam memproduksi gambar. “Meski menggunakan ponsel, tak menghalangi untuk membuat gambar video yang menarik,” kata Rahmansyah.
Tak hanya menyaksikan pemutaran video, peserta pelatihan juga diajak melakukan praktik pengambilan gambar secara langsung. Hasil gambar mereka diapresiasi bersama untuk mencari kekurangan masing-masing.
Meski sebagian besar kegiatan dilakukan di dalam ruangan, namun seluruh kegiatan dilakukan dengan standar protokol kesehatan. Selain memakai masker, posisi duduk peserta juga berjarak agar tak saling bersentuhan.
Selain diikuti wartawan, pelatihan ini juga diikuti remaja Masjid Al-Khalid Semampir Kediri. Pengetahuan ini untuk melengkapi kemampuan mereka dalam memproduksi video dengan conten Islami.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Agus Fauzul dan wartawan senior Imam Mubarok turut hadir dalam pelatihan itu. Kepada peserta pelatihan, Imam Mubarok memberi semangat untuk terus belajar. “Kita sudah dimudahkan dengan teknologi. Harus lebih berkualitas dari wartawan zaman dulu dengan segala keterbatasannya,” kata Imam Mubarok. (Novira)