Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sebanyak delapan sekolah di Tulungagung, terendam banjir dengan ketinggian air rata-rata mencapai lutut orang dewasa. Akibatnya, aktivitas belajar mengajar di sekolah hari ini, Senin, 3 September 2022 menjadi terganggu.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Kabupaten Tulungagung, Syaifudin Juhri mengatakan, sampai saat ini data yang masuk sudah ada delapan sekolah di Tulungagung yang teredam banjir.
Disebutkannya antara lain SMPN 3 Tulungagung, SMPN 2 Besuki, SDN 1 Besole, SDN 2 Besole, SDN 3 Besole, SDN Tulungrejo, SDN 2 Ngentrong dan SDN Siyotobagus.
“Data ini masih bisa berubah, nanti akan kami update kembali,” kata Syaifudin kepada Bacaini.id, Senin, 3 Oktober 2022.
Menurut Syaifudin, sekolah yang saat ini terendam banjir, terpaksa diliburkan. Pasalnya, selain sekolah dan ruang kelas yang terendam banjir, sejumlah akses untuk menuju ke sekolah pun juga banyak yang banjir. Kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan aktivitas pembelajaran.
“Sementara ini beberapa siswa diliburkan dan beberapa mengikuti pembelajaran melalui daring,” imbuhnya.
Sementara itu, Camat Campurdarat, Heru Junianto menambahkan bahwa banjir melanda beberapa desa di Kecamatan Campurdarat. Namun, desa yang paling parah terdampak banjir adalah Desa Ngentrong. Sampai-sampai sejumlah fasilitas publik terpaksa tidak beroperasi akibat banjir.
“Mulai dari Pasar Ngentrong, SPBU, Kantor Desa Ngentrong, Puskesmas hingga dua sekolah terpaksa berhenti total,” tambahnya.
Heru mengungkapkan, untuk sekolah di wilayah kecamatan yang dipimpinnya yang tidak beroperasi ada di SDN 1 dan SDN 2 Ngentrong. Hal ini disebabkan karena kondisi banjir mencapai ketinggian lutut orang dewasa, sehingga para siswa diliburkan untuk sementara waktu.
Menurut Heru, banjir disebabkan karena intensitas hujan tinggi yang mengguyur sejak Minggu, 2 Oktober 2022 malam hingga Senin, 3 Oktober 2022 siang ini. Kondisi itu menjadi parah karena kawasan hutan gundul yang membuat air turun tanpa serapan sampai masuk ke rumah-rumah warga.
“Selain itu, air yang turun juga tidak bisa tertampung oleh sungai. Sehingga membuat air meluap ke pemukiman dan akses jalan,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira