Bacaini.ID, KEDIRI – Kalau Meng Khi tidak dibiarkan hidup oleh Kertanegara (Raja Singasari terakhir), tentu Pemkot Kediri pada ulang tahun yang ke-1123 tidak menggelar pesta tahu yang tercatat dalam rekor MURI.
Juga tidak akan pernah ada makanan olahan tahu di pusat oleh-oleh Kota Kediri yang berderet di sepanjang lokasi klenteng. Mungkin hanya ada wajik kletik yang berasal dari Blitar.
Atau brem dari Madiun, alen-alen dari Trenggalek, keripik pisang dari Lumajang, ledre dari Bojonegoro, wingko dari Babat Lamongan, atau bakpia pathok dari Yogyakarta.
Folklore menceritakan, sebelah telinga Meng Khi dipotong. Terminologi Jawa menyebut diperung. Sebelum dibiarkan pulang ke Tiongkok, wajah utusan kerajaan Mongol itu diberi goresan luka codet.
Kertanegara sengaja memancing amarah kaisar Kubilai Khan yang sebelumnya meminta Kerajaan Singasari takluk kepada kekaisaran Mongol.
Apa yang terjadi kemudian? Kubilai Khan betul-betul murka. Cicit Temujin (Jengis Khan) si penakluk dunia itu sontak mengirim 20 ribu tentara untuk menghancurkan Kerajaan Singasari.
Sejarah mencatat, sebelum pasukan Mongol tiba di tanah Jawa, istana Kerajaan Singasari lebih dulu diserbu Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Kertanegara bersama permaisurinya terbunuh.
Namun keempat putrinya bersama Raden Wijaya, menantunya, berhasil meloloskan diri.
Wijaya yang dibantu Aria Wiraraja atau Banyak Wide asal Lumajang kemudian membalas dengan mengarahkan serangan pasukan Mongol atau Tartar ke Kediri.
Dalam peristiwa penyerangan pasukan Mongol ke Kediri itu, dikenalah kuliner tahu, yaknibekal makanan tentara Mongol selama perjalanan dari Tiongkok menuju Jawa.
Dikutip dari buku Dapur Naga di Indonesia, Aneka Resep Hidangan Lezat Paduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia, tahu konon dibawa dari Tiongkok.
Kediri dispekulasikan sebagai kota pertama di Nusantara yang mengenal tahu. “Yang dibawa oleh tentara Kubilai Khan pada tahun 1292”.
Diceritakan juga bagaimana orang-orang Mongol bertahan cukup lama di Kota Kediri. Mereka berdiam di atas jung-jung atau perahu besar Tiongkok.
Perahu-perahu besar itu bersandar di kawasan pinggir Sungai Brantas yang kini dikenal sebagai daerah Jung Biru atau Jong Biru.
Secara administratif Jong Biru nama desa di wilayah Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri, yang letaknya berbatasan Kelurahan Semampir Kota Kediri.
Dari sekian banyak jung, diketahuiada jung yang khusus mengurus makanan tentara.
“Termasuk satu yang khusus menyimpan kacang kedelai dan membuat tahu,” tulis Suryatini N. Ganie dan Myra Sidharta.
Sejarah mencatat, Raden Wijaya bersama Arya Wiraraja, Ranggalawe, Lembu Sora, dan Nambi, kemudian mengusir orang-orang Mongol dari Kediri.
Keberhasilan dalam mengusir orang-orang Mongol itu berlanjut dengan pendirian kerajaan baru yang diberi nama Majapahit.
Penulis: Solichan Arif