Bacaini.id, KEDIRI – Pemakaian aplikasi QRIS untuk parkir kendaraan di Kota Kediri Jawa Timur tidak diminati masyarakat.
Layanan parkir digital itu diketahui dimulai pada tanggal 1 Januari 2024 di Jalan Dhoho, yakni jalan utama Kota Kediri. Namun masyarakat ternyata masih menyukai cara manual atau pembayaran tunai.
Seperti diungkapkan Moch Mujiani (54), salah satu juru parkir di jalan Dhoho Kediri. Sejak awal penerapan QRIS, nyaris tidak ada pengendara yang berminat memanfaatkan aplikasi itu.
“Sejak awal Januari kemarin, blass (nihil) atau tidak ada yang memanfaatkan,” kata Moch Mujiani (54) dalam bahasa Jawa, Senin (29/1/2024).
Pemberlakukan parkir digital QRIS di jalan Dhoho diinisiasi oleh Dinas Perhubungan Kota Kediri. Aplikasi QRIS berlaku untuk plat nopol kendaraan luar kota. Tekhnisnya, pemilik kendaraan yang hendak parkir cukup melakukan scan barcode yang dikalungkan jukir.
Sesuai peraturan Wali Kota Nomor 3 Tahun 2018, tarif parkir untuk sepeda motor sebesar Rp1.000, dan Rp2.000 untuk mobil atau kendaraan roda empat. Pemberlakuan QRIS sebagai upaya mencegah kebocoran retribusi parkir di Kota Kediri.
Menurut Mujiani, masyarakat masih menyukai menggunakan uang tunai lantaran dianggap lebih efektif. “Masyarakat bilangnya ribet, jadi pada tidak mau,” tambahnya.
Berdasarkan pantauan di sekitar Jalan Stasiun hingga depan Hotel Grand Surya, masyarakat terlihat lebih memilih menggunakan uang tunai daripada melakukan scan barcode QRIS.
Terlihat Masduqi Zein, yakni jukir lain sedang menawarkan QRIS namun ditolak lantaran alasan waktu.
Masduqi mengaku tidak berhenti mensosialisasikan program QRIS, yakni selalu menawarkan setiap pemilik kendaraan yang hendak membayar parkir kendaraan.
“Ada yang mau ada yang nggak, ya masih sedikit banget, Mas. Mungkin belum terbiasa, saya kenalkan terus,” terang Masduqi.
Selain alasan waktu karena pemindaian yang lumayan lama, banyak yang beralasan tidak membawa ponsel. Kemudian tidak sedikit yang mengaku tidak memiliki aplikasi pembayaran di hp-nya.
“Kita tetap menawarkan, saya tawarkan ini ada QRIS tapi ibu-ibu, bapak-bapak gitu bilangnya nggak punya hp,” tandasnya.
Salah satu pengendara, Nanang mengakui bahwa penggunaan QRIS di pinggir jalan seperti Jalan Dhoho memang cukup ribet dan memakan banyak waktu.
“Saya pengguna QRIS juga tapi memang kalau di jalan seperti ini ribet ya, berbeda kalau di kafe atau tempat makan, kondisinya tenang,” katanya yang mengaku lebih memilih membayar tunai.
Penulis; Agung K Jatmiko
Editor: Solichan Arif