Di telinga kita akrab mendengar istilah “Yurisprudensi” baik yang diucap dalam dialog di televise, maupun beberapa diskusi di kampus hukum. Nah sebenarnya apakah Yurisprudensi itu, dan bagaimana penerapannya di Indonesia.
YURISPRUDENSI
Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi perkara yang tidak diatur di dalam undang-undang dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang serupa.
BAGAIAMANA YURISPRUDENSI TIMBUL
Yurisprudensi lahir karena adanya peraturan perundang-undangan yang kurang atau tidak jelas pengertiannya, atau ambigu / mempunyai makna ganda sehingga menyulitkan majelis hakim dalam memutus suatu perkara. Untuk itulah hakim membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusan-putusan terdahulu yang telah berkekuatan hukum tetap guna acuan dalam memutus perkara.
Yurisprudensi juga dikaitkan dengan UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, UU ini menyatakan : pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara, mengadili perkara dan memutuskan perkara yang diajukan dengan alasan hukum tidak ada atau kurang jelas (kabur), melainkan wajib memeriksa serta mengadilinya. Hakim diwajibkan untuk menggali, mengikuti dan memahami keadilan dan nilai-nilai hukum yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.
Macam-Macam Yurisprudensi
- Yurisprudensi Tetap adalah suatu putusan dari hakim yang terjadi oleh karena rangkaian putusan yang sama dan dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan untuk memutuskan suatu perkara.
- Yurisprudensi Tidak Tetap ialah suatu putusan dari hakim terdahulu yang tidak dijadikan sebagai dasar bagi pengadilan.
- Yurisprudensi Semi Yuridis yaitu semua penetapan pengadilan yang didasarkan pada permohonan seseorang yang berlaku khusus hanya pada pemohon. Contohnya : Penetapan status anak.
- Yurisprudensi Administratif adalah SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) yang berlaku hanya secara administratif dan mengikat intern di dalam lingkup pengadilan.