Bacaini.id, KEDIRI – Sukses menekuni suatu hal yang disenangi menjadi suatu hal yang luar biasa. Halangan dan rintangan terasa lebih ringan ketika kita melakukan hal yang sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Itulah yang dirasakan Anang Prakasa. Siapa sangka, anggota DPRD Kabupaten Kediri ini dulunya adalah anak band. Rupanya, putra daerah asli Desa Puncu, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri ini memang berjodoh dengan musik.
Alumni SMA Negeri 2 atau Smada Kota Kediri ini menekuni dunia musik sejak duduk di bangku perkuliahan. Sempat ngeband saat SMA, kecintaannya pada dunia musik berlanjut saat Anang meneruskan pendidikan di Universitas Diponegoro Semarang. Meski bukan tujuan utamanya ketika lulus SMA, tetapi jalan karirnya di dunia musik berawal dari sana.
“Awal tujuannya masuk jurusan psikologi atau komunikasi UI. Tapi ternyata masuknya di Undip. Awalnya sempat merasa asing, karena saat itu alumni Smada yang di Undip hanya dua orang termasuk saya,” kata Anang memulai ceritanya dalam podcast Hurry Up Bacaini.id, Senin, 14 Maret 2022.
Namun, tidak berselang lama, pada akhirnya Anang berkenalan dan bergabung dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Yang ajaibnya, mereka memiliki ketertarikan yang sama di dunia musik.
“Tahun 1994 akhirnya kita bikin band kampus, namanya Es Teh Tawar,” lanjutnya.
Nama yang sedikit nyeleneh itu dicetuskan gitarisnya saat kegiatan inagurasi di kampus. Tentu saja nama itu pada akhirnya menjadi sorotan banyak mata. Setelah tampil di acara inagurasi, personil Es Teh Tawar mulai mencoba lebih serius menekuni dunia musik. Mereka pun menentukan genre musik yang pas. Bukan hal mudah untuk menentukan genre musik Es Teh Tawar kala itu. Karena mereka berasal dari daerah dan latar belakang yang berbeda-beda.
Menurut Anang, selera musik juga dipengaruhi dari lingkungan. Masa itu, di Kediri sedang trend genre classic rock yang pada akhirnya juga mempengaruhi ketertarikannya pada genre musik itu.
“Berangkat ke Semarang lulus SMA itu yang lagi trend salah satunya Dewa 19. Tapi saya juga suka lagu-lagu Malaysia, tapi sama teman dari Purwokerto langsung ditolak. Akhirnya ditarik garis besarnya genre Es Teh Tawar ini lebih ke musik rock lah,” kenangnya sambil tertawa.
Musik juga lah yang menyatukan mereka hingga seperti keluarga sendiri, terlebih di tempat perantauan. Hal yang sangat berbeda saat Anang merasa kesepian diawal masa kuliah. Dia menjadi punya banyak teman yang juga berjasa dalam perkembangan Es Teh Tawar, terutama.
“Semakin lama personil semakin lengkap, tahun 1995 itu bahkan kita punya personil lebih, dari adik tingkat yang ingin gabung,” ingat vokalis Es Teh Tawar itu.
Benar saja, nama Es Teh Tawar ternyata membawa hoki. Jika awalnya mereka tampil dengan membawakan lagu-lagu rock milik Boomerang, Pas Band semakin lama band mereka semakin berkembang. Mereka harus mengikuti perkembangan musik untuk terus eksis, meskipun referensi musik saat itu masih sangat terbatas.
“Dulu kan belum semudah sekarang ya. Untuk alat musik, studio dan lainnya kita masih sewa. Kita bikin lagu, kita kirim rekamannya ke radio-radio. Dulu salah satunya radio Imelda dan salah satu radio yang support kita,” kenangnya.
Beruntung, kala itu sedang masanya indie label. Banyak support untuk Es Teh Tawar hingga akhirnya mampu bersaing masuk deretan chart indie. Bahkan di radio Geronimo, Yogyakarta, Es Teh Tawar juga bersaing dengan The Rain, Sheila On 7 dan beberapa grup band Indonesia lainnya. Lagu Es Teh Tawar berjudul Dunia Sakit atau Melamun juga masuk puncak chart indie. Lirik lagu tersebut ditulis sendiri oleh Anang. Dari jaringan radio se-Indonesia, Es Teh Tawar menjadi lebih dikenal masyarakat sampai akhirnya dapat tawaran manggung dari kota-kota lain.
“Kita jadi lebih dikenal, dapat job dari kampus-kampus lain, kafe juga tawaran manggung ke kota lain. Jadi awal-awal kita yang kesana kemari menawarkan produk Es Teh Tawar, tahu-tahu dapat undangan manggung aja,” ujarnya bangga.
Saat itu, lanjut Anang, menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi band daerah seperti Es Teh Tawar bisa menjadi pembuka dalam acara panggung band nasional. Es Teh Tawar sendiri pernah menjadi band pembuka konser Dewa 19, KLa Project, Oppie Andaresta juga Dr.PM. Nama band Es Teh Tawar pun masuk dalam spanduk bersama nama-nama band ternama itu.
Satu kejadian yang tak pernah dilupakan Anang bersama dengan personil band nya adalah saat mereka menolak undangan manggung, karena acara tersebut digelar di sebuah diskotik. Karena hal itu, mereka menjadi sorotan dan bahkan sempat digunjing dan dianggap sok suci.
“Kita nolak bukan karena gimana-gimana. Cuma kita itu tidak pernah main di diskotik, kalau manggung di diskotik kita juga kan harus tahu dulu dan ada persiapan lain, karena kita belum pernah. Padahal di spanduk udah ada nama kita. Jadi sempat heboh juga padahal memang tidak ada komunikasi seperti itu dari panitia,” cerita Anang.
Band Es Teh Tawar bertahan dan menjalani konser terakhir di kampus Undip pada tahun 2000. Hal itu tentu saja terjadi karena pada akhirnya satu persatu dari mereka lulus kuliah dan melanjutkan perjalanan hidup mereka masing-masing.
Anang sendiri memutuskan untuk mencoba melanjutkan pendidikan S2 jurusan komunikasi di University of Southern California. Tahun 2001 waktu itu bertepatan dengan adanya serangan 11 September. Hingga mendadak dia diminta untuk kembali ke tanah air oleh ibunya.
“Mau bagaimana lagi, kalau ibu tidak merestui kita juga kan harus nurut ya. Akhirnya saya selesai S2 di Australia, jurusan komunikasi juga fokus ke film and video production,” ujarnya.
Lulus S2, Anang bekerja di Metro TV Jakarta dan kembali bertemu dengan teman sekaligus salah satu personil yang mencetuskan nama Es Teh Tawar. Mereka berdua sempat membuat dua sampai tiga lagu saat itu. Akhirnya Anang mencoba mengajak rekan kerjanya di Metro TV untuk bergabung dalam sebuah band.
“Untuk melepas lelah aja lah akhirnya kita bikin nama Radio Traveler, harapannya kala itu lagu band kita bisa menjelajah gelombang radio dan diputar dimana-mana” ujarnya.
Menurut Anang, Radio Traveler hingga saat ini masih ada. Bahkan belum lama ini mereka merilis lagu terbaru berbahasa jawa. Mereka membuat lagu melalui jarak jauh menggunakan teknologi yang semakin canggih.
“Kalau bubar sih tidak ya, mungkin lebih tepatnya vakum dengan sendirinya. Ya karena kan kita sudah ada kesibukan masing-masing, sudah berkeluarga juga. Sekarang teknologi sudah canggih, kita bisa produksi lagu tanpa harus ketemu. Ya ke depannya biar ngalir aja lah,” kata Anang mengakhiri ceritanya.